tag:blogger.com,1999:blog-13681897651141689022024-03-13T10:04:46.295+07:00Berbagi Coretansampaikan walau satu ayatvan_ramehttp://www.blogger.com/profile/09701258764884270473noreply@blogger.comBlogger178125tag:blogger.com,1999:blog-1368189765114168902.post-13080241931677010372013-06-02T17:00:00.000+07:002013-06-02T17:00:01.837+07:00Jeritan Seorang Perawan Tua<span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana; font-size: 12px; line-height: 19px;"></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; color: #1e1e1e; text-align: center;">
<a href="http://sphotos-h.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash3/575234_4664268561099_386840019_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="207" src="http://sphotos-h.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash3/575234_4664268561099_386840019_n.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="font-family: verdana; font-size: 1em; margin-bottom: 24px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 24px; word-spacing: 1px;">
<span class="Apple-style-span" style="color: #999999;">Fenomena bertambahnya jumlah wanita yang terlambat menikah (perawan tua) menjadi satu perkara yang menakutkan saat ini, mengancam kebanyakan pemudi-pemudi di masyarakat kita yang Islami, bahkan di seluruh dunia.</span></div>
<a name='more'></a><span class="Apple-style-span" style="color: #999999; font-family: verdana; font-size: 16px; word-spacing: 1px;">Majalah Al-Usrah edisi 80 Dzulqa’dah 1420 H menuliskan jeritan seorang perawan tua dari Madinah Munawaroh,”Semula saya sangat bimbang sebelum menulis untuk kalian karena ketakutan terhadap kaum wanita karena saya tahu bahwasanya mereka akan mengatakan bahwa aku ini sudah gila, atau kesurupan. Akan tetapi, realita yang aku alami dan dialami pula oleh sejumlah besar perawan-perawan tua, yang tidak seorang pun mengetahuinya, membuatku memberanikan diri. Saya akan menuliskan kisahku ini dengan ringkas.</span><br />
<div class="clear" style="font-size: 12px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
</div>
<div style="font-family: verdana; font-size: 1em; margin-bottom: 24px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 24px; word-spacing: 1px;">
</div>
<div style="font-family: verdana; font-size: 1em; margin-bottom: 24px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 24px; word-spacing: 1px;">
<span class="Apple-style-span" style="color: #999999;">Ketika umurku mulai mendekati 20 tahun, saya seperti gadis lainnya memimpikan seorang pemuda yang multazim dan berakhlak mulia. Dahulu saya membangun pemikiran serta harapan-harapan; bagaimana kami hidup nanti dan bagaimana kami mendidik anak-anak kami… dan.. dan…</span></div>
<div style="font-family: verdana; font-size: 1em; margin-bottom: 24px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 24px; word-spacing: 1px;">
<span class="Apple-style-span" style="color: #999999;">Saya adalah salah seorang yang sangat memerangi ta’adud (poligami). Hanya semata mendengar orang berkata kepadaku, “Fulan menikah lagi yang kedua”, tanpa sadar saya mendoakan agar ia celaka. Saya berkata, “Kalau saya adalah istrinya -yang pertama- pastilah saya akan mencampakkannya, sebagaimana ia telah mencampakkanku’. Saya sering berdiskusi dengan saudaraku dan terkadang dengan pamanku mengenai masalah ta’addud. Mereka berusaha agar saya mau menerima ta’addud, sementara saya tetap keras kepala tidak mau menerima syari’at ta’addud. Saya katakan kepada mereka, ‘Mustahil wanita lain akan bersama denganku mendampingi suamiku”. Terkadang saya menjadi penyebab munculnya problema-problema antara suami-istri karena ia ingin memadu istri pertamanya; saya menghasutnya sehingga ia melawan kepada suaminya.</span></div>
<div style="font-family: verdana; font-size: 1em; margin-bottom: 24px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 24px; word-spacing: 1px;">
<span class="Apple-style-span" style="color: #999999;">Begitulah, hari terus berlalu sedangkan saya masih menanti pemuda impian. Saya menanti… akan tetapi ia belum juga datang dan saya masih terus menanti. Hampir 30 tahun umur saya dalam penantian. Telah lewat 30 tahun… oh Illahi, apa yang harus saya perbuat? Apakah saya harus keluar untuk mencari pengantin laki-laki? Saya tidak sanggup, orang-orang akan berkata wanita ini tidak punya malu. Jadi, apa yang akan saya kerjakan? Tidak ada yang bisa saya perbuat, selain dari menunggu.</span></div>
<div style="font-family: verdana; font-size: 1em; margin-bottom: 24px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 24px; word-spacing: 1px;">
<span class="Apple-style-span" style="color: #999999;">Pada suatu hari ketika saya sedang duduk-duduk, saya mendengar salah seorang dari wanita berkata, ‘Fulanah jadi perawan tua”. Saya berkata kepada diri sendiri, “Kasihan Fulanah jadi perawan tua”, akan tetapi, Fulanah yang dimaksud itu ternyata saya. Ya Illahi! Sesungguhnya itu adalah nama saya. Saya telah menjadi perawan tua. Bagaimanapun saya melukiskannya kepada kalian, kalian tidak akan bisa merasakannya. Saya dihadapkan pada sebuah kenyataan sebagai perawan tua. Saya mulai mengulang kembali perhitungan-perhitungan, apa yang saya kerjakan?</span></div>
<div style="font-family: verdana; font-size: 1em; margin-bottom: 24px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 24px; word-spacing: 1px;">
<span class="Apple-style-span" style="color: #999999;">Waktu terus berlalu, hari silih berganti, dan saya ingin menjerit. Saya ingin seorang suami, seorang laki-laki tempat saya bernaung di bawah naungannya, membantu saya menyelesaikan problema-problema. Saudaraku yang laki-laki memang tidak melalaikanku sedikit pun, tetapi dia bukan seperti seorang suami. Saya ingin hidup; ingin melahirkan, dan menikmati kehidupan. Akan tetapi, saya tidak sanggup mengucapkan perkataan ini kepada kaum laki-laki. Mereka akan mengatakan, “Wanita ini tidak malu”. Tidak ada yang bisa saya lakukan selain daripada diam. Saya tertawa, akan tetapi bukan dari hati. Apakah kalian ingin saya tertawa, sedangkan tangan menggenggam bara api? Saya tidak sanggup.</span></div>
<div style="font-family: verdana; font-size: 1em; margin-bottom: 24px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 24px; word-spacing: 1px;">
<span class="Apple-style-span" style="color: #999999;">Suatu hari, saudara saya yang paling besar mendatangi dan berkata, “Hari ini telah datang calon pengantin, tapi saya menolaknya…” Tanpa terasa saya berkata, “Kenapa kamu lakukan? Itu tidak boleh!” Ia berkata kepadaku, “Dikarenakan ia menginginkanmu sebagai istri kedua, dan saya tahu kalau kamu sangat memerangi ta’addud (poligami)”. Hampir saja saya berteriak di hadapannya, “Kenapa kamu tidak menyetujuinya?” Saya rela menjadi istri kedua, atau ketiga, atau keempat. Kedua tangan saya di dalam api. Saya setuju, ya saya yang dulu memerangi ta’addud, sekarang menerimanya. Saudara saya berkata, “Sudah terlambat”</span></div>
<div style="font-family: verdana; font-size: 1em; margin-bottom: 24px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 24px; word-spacing: 1px;">
<span class="Apple-style-span" style="color: #999999;">Sekarang saya mengetahui hikmah dalam ta’addud. Satu hikmah ini telah membuat saya menerima, bagaimana dengan hikmah-hikmah yang lain? Ya Allah, ampunilah dosaku. Sesungguhnya saya dahulu tidak mengetahui. Kata-kata ini saya tujukan untuk kaum laki-laki, “Berta’addud-lah, nikahilah satu, dua, tiga, atau empat dengan syarat mampu dan adil. Saya ingatkan kalian dengan firman-Nya, “..Maka nikahilah olehmu apa yang baik bagimu dari wanita, dua, atau tiga, atau empat, maka jika kalian takut tidak mampu berlaku adil, maka satu..” Selamatkanlah kami. Kami adalah manusia seperti kalian, merasakan juga kepedihan. Tutupilah kami, kasihanilah kami.”</span></div>
<div style="font-family: verdana; font-size: 1em; margin-bottom: 24px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 24px; word-spacing: 1px;">
<span class="Apple-style-span" style="color: #999999;">Dan kata-kata berikut saya tujukan kepada saudariku muslimah yang telah bersuami, “Syukurilah nikmat ini karena kamu tidak merasakan panasnya api menjadi perawan tua. Saya harap kamu tidak marah apabila suamimu ingin menikah lagi dengan wanita lain. Janganlah kamu mencegahnya, akan tetapi doronglah ia. Saya tahu bahwa ini sangat berat atasmu. Akan tetapi, harapkanlah pahala di sisi Allah. Lihatlah keadaan suadarimu yang menjadi perawan tua, wanita yang dicerai, dan janda yang ditinggal mati; siapa yang akan mengayomi mereka? Anggaplah ia saudarimu, kamu pasti akan mendapatkan pahala yang sangat besar dengan kesabaranmu”</span></div>
<div style="font-family: verdana; font-size: 1em; margin-bottom: 24px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 24px; word-spacing: 1px;">
<span class="Apple-style-span" style="color: #999999;">Engkau mungkin mengatakan kepadaku, “Akan datang seorang bujangan yang akan menikahinya”. Saya katakan kepadamu, “Lihatlah sensus penduduk. Sesungguhnya jumlah wanita lebih banyak daripada laki-laki. Jika setiap laki-laki menikah dengan satu wanita, niscaya banyak dari wanita-wanita kita yang menjadi perawan tua. Jangan hanya memikirkan diri sendiri saja. Akan tetapi, pikirkan juga saudarimu. Anggaplah dirimu berada dalam posisinya”.</span></div>
<div style="font-family: verdana; font-size: 1em; margin-bottom: 24px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 24px; word-spacing: 1px;">
<span class="Apple-style-span" style="color: #999999;">Engkau mungkin juga mengatakan, “Semua itu tidak penting bagiku, yang penting suamiku tidak menikah lagi.” Saya katakan kepadamu, “Tangan yang berada di air tidak seperti tangan yang berada di bara api. Ini mungkin terjadi. Jika suamimu menikah lagi dengan wanita lain, ketahuilah bahwasanya dunia ini adalah fana, akhiratlah yang kekal. Janganlah kamu egois, dan janganlah kamu halangi saudarimu dari nikmat ini. Tidak akan sempurna keimanan seseorang sehingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri”. (1)</span></div>
<div style="font-family: verdana; font-size: 1em; margin-bottom: 24px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 24px; word-spacing: 1px;">
<span class="Apple-style-span" style="color: #999999;">Demi ALlah, kalau kamu merasakan api menjadi perawan tua, kemudian kamu menikah, kamu pasti akan berkata kepada suamimu “Menikahlah dengan saudariku dan jagalah ia”. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepadamu kemuliaan, kesucian, dan suami yang shalih”</span></div>
<div style="font-family: verdana; font-size: 1em; margin-bottom: 24px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 24px; text-align: right; word-spacing: 1px;">
<strong style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="color: #999999;">Oleh: A.A.N, Madinah</span></strong></div>
<div style="font-family: verdana; font-size: 1em; margin-bottom: 24px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 24px; word-spacing: 1px;">
<span class="Apple-style-span" style="color: #999999;">1. HR. Bukhari dalam kitan Iman no 13 dan Muslim no 45.</span></div>
<div style="font-family: verdana; font-size: 1em; margin-bottom: 24px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 24px; word-spacing: 1px;">
<span class="Apple-style-span" style="color: #999999;">Disalin oleh Jilbab Online dari buku “Istriku Menikahkanku”, As-Sayid bin Abdul Aziz As-Sa’dani, Darul Falah, cet. Agustus 2004</span></div>
<div style="color: #1e1e1e;">
<br /></div>
van_ramehttp://www.blogger.com/profile/09701258764884270473noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1368189765114168902.post-68789589476368964382013-04-11T23:23:00.001+07:002013-05-01T22:26:50.679+07:00Kisah nenek dan Minyak goreng<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://farm7.static.flickr.com/6154/6257084309_883f354652_z.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://farm7.static.flickr.com/6154/6257084309_883f354652_z.jpg" width="287" /></a></div>
Suatu ketika saya bertemu dengan<br />
seorang nenek.<br />
Dia, yang yang ringkih dengan kebaya bermotif kembang itu, tampak sedang<br />
memegang sebuah kantong plastik. Hitam warnanya, dan tampak<br />
lusuh. Saya duduk disebelahnya, di atas sebuah metromini yang menuju ke stasiun KA.<br />
<br />
<a name='more'></a>Dia sangat tua, tubuhnya membungkuk, dan kersik<br />
di matanya tampak jelas. Matanya selalu berair,<br />
keriputnya, mirip dengan aliran sungai. Kelok-berkelok. Hmm…dia tampak tersenyum pada saya.<br />
Sayapun balas tersenyum. Dia bertanya, mau kemana.<br />
Saya pun menjawab mau kerja, sambil bertanya,<br />
apa isi plastik yang dipegangnya.<br />
Minyak goreng, jawabnya. Ah, rupanya, dia baru<br />
saja mendapat jatah pembagian sembako. Pantas,<br />
dia tampak letih. Mungkin sudah seharian dia<br />
mengantri untuk mendapatkan minyak itu. Tanpa<br />
ditanya, dia kemudian bercerita, bahwa minyak itu,<br />
akan dipakai untuk mengoreng tepung buat<br />
cucunya. Di saat sore, itulah yang bisa dia berikan<br />
buat cucunya.<br />
Dia berkata, cucunya sangat senang kalau<br />
digorengkan tepung. Sebab, dia tak punya banyak<br />
uang untuk membelikan yang lain selain gorengan<br />
tepung buatannya. Itupun, tak bisa setiap hari<br />
disajikan. Karena, tak setiap hari dia bisa<br />
mendapatkan minyak dan tepung gratis.<br />
Degh. Saya terharu. Saya membayangkan betapa<br />
rasa itu begitu indah. Seorang nenek yang rela<br />
berpanas-panas untuk memberikan apa yang<br />
terbaik buat cucunya. Sang nenek, memberikan<br />
saya hikmah yang dalam sekali. Saya teringat<br />
pada Ibu. Allah memang maha bijak. Sang nenek<br />
hadir untuk menegur saya.<br />
Sudah beberapa saat waktu sebelumnya, saya<br />
sering melupakan Ibu. Seringkali makanan yang<br />
disajikannya, saya lupakan begitu saja. Mungkin,<br />
karena saya yang terlalu sok sibuk dengan semua<br />
urusan kerja. Sering saat pulang ke rumah, saya<br />
menemukan nasi goreng yang masih tersaji di<br />
meja, yang belum saya sentuh sejak pagi.<br />
Sering juga saya tak sempat merasakan masakan<br />
Ibu di rumah saat kembali, karena telah makan di<br />
tempat lain. Saya sedih, saat membayangkan itu<br />
semua. Dan Ibu pun sering mengeluh dengan hal<br />
ini. Saya merasa bersalah sekali. Saya bisa<br />
rasakan, Ibu pasti memberikan harapan yang<br />
banyak untuk semua yang telah dimasaknya<br />
buat saya. Tentu, saat memasukkan bumbu-bumbu,<br />
dia juga memasukkan kasih dan cintanya buat<br />
saya.<br />
Dia pasti juga akan menambahkan doa-doa dan<br />
keinginan yang terbaik buat saya. Dia pasti,<br />
mengolah semua masakan itu, mengaduk,<br />
mencampur, dan menguleni, sama seperti dia<br />
merawat dan mengasihi saya. Menyentuh dengan<br />
lembut, mengelus, seperti dia mengelus kepala<br />
saya di waktu kecil.<br />
***<br />
Metromini telah sampai. Setelah mengucap salam<br />
pada nenek itu, saya pun turun. Namun, saya punya<br />
punya keinginan hari itu. Mulai esok hari, saya<br />
akan menyantap semua yang Ibu berikan buat<br />
saya. Apapun yang diberikannya. Karena saya<br />
yakin, itulah bentuk ungkapan rasa cinta saya<br />
padanya. Saya percaya, itulah yang dapat saya<br />
berikan sebagai penghargaan buatnya.<br />
Saya berharap, tak akan ada lagi makanan yang<br />
tersisa. Saya ingin membahagiakan Ibu. Terima kasih Nekvan_ramehttp://www.blogger.com/profile/09701258764884270473noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1368189765114168902.post-32889449001726787612013-04-01T04:48:00.001+07:002013-05-01T22:30:57.235+07:00Orang Tua Kita<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://ervakurniawan.files.wordpress.com/2012/07/ibu-anak-siluet.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://ervakurniawan.files.wordpress.com/2012/07/ibu-anak-siluet.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Pagi ini berangkat kantor ketika turun dari<br />
bus aku lihat bapak tua yang sedang<br />
memikul beban berat di pundaknya, dari<br />
fisiknya yang sudah renta mungkin umur<br />
<br />
<a name='more'></a>bapak ini sudah hampir 70 tahun, tapi<br />
ketika aku melihat beliau sedang memikul<br />
pisang dagangan nya mungkin untuk di<br />
jual atau barusan habis belanja. Tampak<br />
sekali bapak ini kepayahan. Pingin sekali<br />
aku bisa membantu tapi akhirnya aku<br />
hanya bisa menatap iba, dan berdoa Ya<br />
Robb muliakan beliau<br />
Dan kemarin di bus aku bareng dengan<br />
seorang ibu, melihat dari keriput kulitnya<br />
umur ibu ini mungkin dah hampir 60<br />
tahun tapi waktu itu beliau naik<br />
metromini dan dengan membawa beban<br />
belanjaan yang habis di belinya di pasar<br />
kebayoran, sudah kelihatan letih si ibu<br />
harus berdiri di bus karena memang tak<br />
ada lagi tempat duduk bahkan bus penuh<br />
sesak.<br />
Beberapa malam yang lalu aku sempat<br />
menyaksikan sekilas acara di TV,<br />
semacem reality Show yang di kemas<br />
dalam format humor. Acara yang di<br />
pandu oleh tokoh pelawak yang lagi hit di<br />
negeri ini, menghadirkan bintang tamu<br />
ayah kandung si presenter ini. Aku sedih<br />
melihat si bapak yang memang kelihatan<br />
orang dari kampung jadi bahan tertawaan<br />
dan candaan oleh anak nya sendiri.<br />
Sahabat..<br />
Pernahkah berfikir seperti apa perjuangan<br />
orang tua kita untuk memberi makan kita,<br />
melindungi kita, membahagiakan kita.<br />
Dengan tetesan darah, keringat dan<br />
airmata mereka berjuang, mungkin<br />
sosok2 diatas hanya segelintir contoh.<br />
Bahkan ada yang lebih berat lagi<br />
perjuangannya.<br />
Pernahkah kita membayangkan<br />
bagaimana orang tua kita dulu mencari<br />
uang untuk menyekolahkan kita,<br />
membelikan baju baru, membelikan<br />
apapun yang kita inginkan tanpa<br />
mengharap balas, setiap hari kita hanya<br />
menerima kebaikannya, kasih sayangnya<br />
yang tiada lelah dan tiada bosan.<br />
Pernahkah kita renungkan mungkin demi<br />
kita ayah dan ibu kita rela di caci maki<br />
orang, mungkin demi kita ayah ibu kita<br />
rela menahan malu mencari pinjaman<br />
uang, pernahkan kita renungkan itu???.<br />
Bahkan mungkin demi kita ayah ibu kita<br />
rela menahan lapar, menahan keinginan<br />
untuk memiliki baju yang bagus, untuk<br />
memiliki barang yang mewah. Tapi apa<br />
yang telah kita berikan pada mereka??<br />
Sanggupkah kita membalas segala<br />
budinya, bahkan untuk bericara dengan<br />
lembut pun terasa begitu berat bibir ini.<br />
Bahkan mungkin kita sering menolak<br />
perintahnya, mengabaikan nasehatnya.<br />
Sahabat….<br />
Pepatah mengatakan ” orang tua kaya<br />
anak jadi raja, anak kaya orang tua jadi<br />
pembantu” pepatah ini bukan omong<br />
kosong belaka, karena banyak fakta yang<br />
membuktikan seperti itu. Ketika orang tua<br />
kaya segala keinginan anak dipenuhi<br />
tetapi ketika anak kaya tak jarang orang<br />
tua di perlakukan seperti pembantu,<br />
untuk mengurus anak, menjaga anak,<br />
bahkan menjaga rumah. Akankah kita<br />
juga seperti itu??<br />
Sahabat…<br />
Mari kita renungkan, dan intropeksi diri<br />
masing-masing terutama untuk diriku<br />
sendiri bagaimana perilaku kita selama<br />
ini, sudah kah kita termasuk anak yang<br />
berbakti, sudah sanggupkah kita menjaga<br />
lisan ini agar tidak menyakiti hati mereka,<br />
dan apa yang sudah kita lakukan untuk<br />
mebahagiakan mereka??, sudah kah kita<br />
mendoakan mereka di setiap sholat kita??<br />
Semoga kita termasuk anak yang berbakti<br />
dan bisa menjadi seorang anak yang<br />
soleh & solehah sehingga kita bisa<br />
menjadi penolong kedua orang tua kita<br />
kelak di yaumil akhir. Semoga kita bisa<br />
Mebahagiakan mereka di dunia dan<br />
akherat. Amiin<br />
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu<br />
mempersekutukan-Nya dengan<br />
sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada<br />
dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-<br />
anak yatim, orang-orang miskin, tetangga<br />
yang dekat dan tetangga yang jauh , dan<br />
teman sejawat, ibnu sabil dan hamba<br />
sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak<br />
menyukai orang-orang yang sombong<br />
dan membangga-banggakan diri” Q.S<br />
4/36<br />
Wass<br />
Zrie_Kla<br />
***<br />
Dari Sri Mulyanivan_ramehttp://www.blogger.com/profile/09701258764884270473noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1368189765114168902.post-84760798609466361592013-01-28T20:10:00.000+07:002013-01-28T20:10:00.247+07:00Niat Saja Tak Cukup, Berbuatlah<br />
<div style="color: #555555; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://ervakurniawan.files.wordpress.com/2012/08/niat-baik.jpg?w=300&h=225" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://ervakurniawan.files.wordpress.com/2012/08/niat-baik.jpg?w=300&h=225" /></a></div>
<span style="background-color: black; color: #999999;">Sore kemarin sebuah pelajaran kembali saya dapatkan. Kali ini dari Ayahanda sahabat saya yang tahun lalu baru saja menunaikan ibadah haji. Ia nampak bahagia bisa menjalankan ibadah ke tanah suci, sebahagia semua orang yang pernah berhaji. Bercerita ia tentang berbagai pengalamannya selama menjadi tamu Allah, tentang makam Rasulullah dan semua hal menakjubkan di tanah suci.</span><br />
<a name='more'></a></div>
<div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Namun dari semua cerita itu, ada satu bagian yang benar-benar menarik perhatian. Yakni ketika sampai pada cerita tentang, bagaimana ia bisa berangkat pergi haji, padahal uang tabungannya belumlah mencukupi. Kisah-kisah unik dan ajaib tentang orang-orang yang pergi haji pun berlanjut, dan kisah dari Ayahanda sahabat saya ini menambah daftar panjangnya. Kita pernah mendengar ada seorang pengemis yang bisa berangkat haji lantaran ia senantiasa menjaga mulutnya dari kata-kata yang sia-sia. Begitu pun kisah tentang tukang sol sepatu yang bisa berhaji karena kebaikannya terhadap tetangganya.</span></span></div>
<div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Kisah Ayahanda sahabat saya ini, mungkin tak sedramatis kisah-kisah mengagumkan sebelumnya. Namun cukuplah untuk memberi semangat baru, terutama bagi orang-orang seperti saya yang kebanyakan keinginan namun sering hanya berujung di bab niat saja. “Pergi haji, jangan cuma niat. Jangan hanya punya keinginan, sebab semua orang pun punya keinginan itu. Tapi tidak semua orang mau merealisasikan kenginannya itu E</span></span></div>
<div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Beliau tidak sedang bicara tentang orang-orang kaya harta yang sebenarnya mampu berkali-kali pergi haji, namun tak juga berangkat. Yang dimaksud beliau, adalah orang-orang yang punya keinginan kuat, namun tak pernah menunjukkan keinginannya itu dengan satu perbuatan. “Saya orang yang tidak punya, tetapi saya sangat ingin pergi berhaji, karenanya saya menabung sedikit demi sedikit. Ketika tahun kemarin saya pergi haji, apakah tabungan saya sudah cukup? Tentu saja belum! Tapi Allah melihat niat yang saya iringi dengan usaha untuk mewujudkannya dengan cara menabung. Inilah cara Allah memudahkan jalan orang-orang yang mau berusaha, Eterangnya bersemangat.</span></span></div>
<div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Kalimat-kalimat yang mengalir darinya, sangat menyejukkan sekaligus mencerahkan. Tertohok diri ini mendengarnya, namun juga menyenangkan bisa mendapat nasihat yang bermanfaat. Betapa sering dan mudahnya kita berucap, “Yang penting niat dulu, niat baik saja kan sudah dicatat malaikat E</span></span></div>
<div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Boleh jadi betul bahwa niat baik itu tercatat, tapi jangan-jangan malaikat bosan melihat catatan harian kita hanya dipenuhi kumpulan dan daftar niat. Namun tak sekali pun pernah menunjukkan i’tikad untuk mewujudkannya. Sangat mungkin saat ini Allah menunggu-nunggu kapan kita bekerja merealisasikan kumpulan niat itu, sementara kita tetap asik menggantang niat yang tak pernah terwujud itu. Seperti kisah Ayahanda sahabat saya itu, mungkin Allah tak perlu menunggunya sampai ia mampu mencukupi biaya haji. Tapi Allah hanya mau melihat –sekali lagi, hanya mau melihat- adakah hal yang diperbuat untuk merealisasikan niat tersebut. Akhirnya, tak perlu sampai mencukupi biaya haji, beliau bisa berangkat ke tanah suci menjadi tamu Allah. Maha Suci Allah.</span></span></div>
<div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Begitu pun dengan kita. Mari lihat kembali daftar niat yang pernah kita tuliskan, kemudian satu persatu kita upayakan untuk merealisasikannya. Insya Allah, Allah bersama malaikat dan rasul akan melihat apa yang kita kerjakan. Soal hasil akhir, kita serahkan sepenuhnya kepada Allah.</span></span></div>
<div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">***</span></span></div>
<div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Oleh: Bayu Gawtama</span></span></div>
van_ramehttp://www.blogger.com/profile/09701258764884270473noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1368189765114168902.post-33893260510191902562013-01-28T19:08:00.001+07:002013-01-28T19:10:19.673+07:00Hadiah Kesabaran<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://kfk.kompas.com/image/preview/aW1hZ2VzL3Nma19waG90b3Mvc2ZrX3Bob3Rvc18xMzA4MDUyNjE0XzRzRU1qeWUwLmpwZw==.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="228" src="http://kfk.kompas.com/image/preview/aW1hZ2VzL3Nma19waG90b3Mvc2ZrX3Bob3Rvc18xMzA4MDUyNjE0XzRzRU1qeWUwLmpwZw==.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="border: 0px; color: #444444; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 15px; font: inherit; line-height: 22px; margin-bottom: 1em; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; font: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><br />
</strong></div>
<div style="border: 0px; color: #444444; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 15px; font: inherit; line-height: 22px; margin-bottom: 1em; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; font: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Oleh : Syaifoel Hardy</strong></div>
<div style="border: 0px; color: #444444; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 15px; font: inherit; line-height: 22px; margin-bottom: 1em; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div style="border: 0px; color: #444444; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 15px; font: inherit; line-height: 22px; margin-bottom: 1em; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Rumah yang mereka tempati sederhana. Sesederhana penghuninya. Bukan milik mereka berdua, namun rumah dinas. Shaila, perempuan yang tengah hamil tua itu tersenyum menyambut kedatangan kami berlima, tamunya. Kami memang sudah lama tidak bersua, bahkan semenjak Shaila belum menikah dengan Rais, yang masih kuliah hingga sekarang.<br />
<a name='more'></a></div>
<div style="border: 0px; color: #444444; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 15px; font: inherit; line-height: 22px; margin-bottom: 1em; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“Alhamdulilah kami bisa menempati rumah ini!” kata Shaila mengawali bincang-bincang kami, sementara saya melihat-lihat sudut-sudut ruangan yang nampaknya belum selesai dibersihkan. Maklum baru ditempati.</div>
<div style="border: 0px; color: #444444; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 15px; font: inherit; line-height: 22px; margin-bottom: 1em; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Sambil melemparkan pandangan kesana-kemari, dalam hati saya berpikir, betapa beratnya membersihkan rumah yang lama nampaknya tidak ditempati ini. Rumah dinas itu konon sudah lebih dari sepuluh tahun tidak dihuni. Bisa dibayangkan betapa beratnya kalau kita harus membersihkan dan merapikan perabotan dalam bulan-bulan pertama. Kelelahan yang saya bayangkan ini ternyata tidak tergambar dalam raut muka si empunya rumah. Sebaliknya, Shaila dan Rais justru penuh senyuman yang membuat kami makin betah tinggal disana. “Rumahku Surgaku”. Barangkali begitu prinsip mereka!</div>
<div style="border: 0px; color: #444444; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 15px; font: inherit; line-height: 22px; margin-bottom: 1em; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Pertemuan Shaila dan Rais terjadi karena si Rais aktif mengurusi pengajian kelompok. Demikian pula Shaila. Ada 5 orang pemuda sebaya Rais yang barangkali karena semangatnya sebagai pemuda dan pelajar, sehingga urusan pengajian menjadikan sebagian kegiatan yang menyenangkan. Tinggal di luar negeri, belajar sambil beribadah, mengurusi pengajian kelompok masyarakat mereka.</div>
<div style="border: 0px; color: #444444; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 15px; font: inherit; line-height: 22px; margin-bottom: 1em; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Rais dan Shaila dipertemukan oleh Allah SWT karena kegiatan positif ini. Tidak ada satu kekuatanpun yang mampu menghalangi yang satu ini, jodoh, jika sudah dikehendaki olehNya. Meski si Shaila sudah bekerja dan Rais masih sekolah. Meski keduanya belum bisa dikatakan siap secara finansial. Meski si Shaila waktu itu diliputi kebingungan kelak akan tinggal di mana jika sudah menikah. Dan masih banyak “meski-meski” lainnya. Allah SWT-lah yang menentukan. “Kun..! (Jadilah!)” maka, jadilah mereka sepasang suami-istri yang sah. Subhanallah!</div>
<div style="border: 0px; color: #444444; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 15px; font: inherit; line-height: 22px; margin-bottom: 1em; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Shaila semula tinggal di sebuah asrama bujangan milik pemerintah. Dua kamar dalam satu flat. Sesudah pernikahannya dengan Rais, Shaila memang belum mampu untuk pindah keluar dari asrama dan mencari pondokan sendiri. Sementara Rais yang masih sekolah, juga tinggal di asrama pelajar. Jadi sebagai suami-istri, mereka “mencuri-curi” kesempatan.</div>
<div style="border: 0px; color: #444444; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 15px; font: inherit; line-height: 22px; margin-bottom: 1em; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Shaila menyadari bahwa jikalau Rais datang ke asramanya, meski mereka sudah menikah, teman se-flat Shaila nampaknya kurang senang. Naluri kewanitaan Shaila yang membaca suasana ini. Sehingga Rais hanya datang di kala teman Shaila sedang bertugas atau tidak ada di rumah. Kalaupun terpaksa, biasanya Shaila melarang Rais untuk tidak keluar kamar selagi teman Shaila ada di kamar sebelah. Entah apa yang membuat Shaila sepertinya takut sekali terhadap rekan sekerja di asramanya. Yang jelas Shaila memang tidak ingin menyakiti hatinya, sekalipun Rais adalah suami Shaila yang sah.</div>
<div style="border: 0px; color: #444444; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 15px; font: inherit; line-height: 22px; margin-bottom: 1em; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Waktupun terus berlalu. Nampaknya teman se-flat Shaila, sebut saja Ira namanya tidak betah melihat “pemandangan” di depannya. Shaila menyadari betul situasi ini. Kamar yang ditempatinya memang bukanlah disediakan untuk keluarga. Adalah ilegal jika keluarga tinggal di dalam asrama. Shaila tahu betul akan peraturan yang satu ini. Hanya saja, karena Shaila sudah berumah-tangga, sementara sang suami juga tinggal di asrama pelajar, satu-satunya jalan keluar untuk mengatasi hal ini adalah harapan Shaila terhadap rekan se-flatnya untuk mengerti akan keadaannya. Ternyata harapan Shaila tak tersambut.</div>
<div style="border: 0px; color: #444444; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 15px; font: inherit; line-height: 22px; margin-bottom: 1em; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Perang dingin pun terjadi. “Kan sudah aku kasih tahu, kenapa mau juga masih bawa suamimu ke sini,” tanya Ira suatu hari. Menyadari akan kesalahan ini, Shaila hanya diam. “Kalau kamu masih ulangi lagi, saya akan laporkan, bahwa kamu membawa orang lain ke kamar!” ancam Ira terhadap Shaila.</div>
<div style="border: 0px; color: #444444; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 15px; font: inherit; line-height: 22px; margin-bottom: 1em; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Shaila yang penakut, semakin gelisah mengingat ancaman-ancaman dan sikap yang semakin tidak bersahabat dari Ira semenjak pernikahannya dengan Rais. Padahal dulu sikap Ira tidaklah demikian. Bahkan kala menyelenggarakan pengajian bulanan atau arisan bersama, mereka selalu nampak rukun dan bekerja sama menangani segala kebutuhan kelompok. Apa yang menyebabkan si Ira begitu berbeda adalah di luar jangkauan Shaila. Makanya Shaila amat sedih dibuatnya.</div>
<div style="border: 0px; color: #444444; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 15px; font: inherit; line-height: 22px; margin-bottom: 1em; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“Bagaimana jika kita pindah saja dari sini? Apapun yang terjadi, barangkali itu lebih baik ketimbang hubungan saya dan Ira semakin keruh!” begitu keluh Shaila kepada Rais suatu hari. “Tapi pindah ke mana? Status saya tidak memungkinkan, apalagi saya tidak memiliki penghasilan, kecuali uang saku yang teramat sedikit jumlahnya jika dibandingkan dengan jumlah kebutuhan bulanan kita,” si Rais mencoba menjelaskan sekali lagi kepada Shaila tentang keadaannya, sekalipun Shaila sebenarnya sudah mengerti.</div>
<div style="border: 0px; color: #444444; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 15px; font: inherit; line-height: 22px; margin-bottom: 1em; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Shaila mendengar berita bahwa kisah suaminya yang sering menginap di asrama puteri sudah sampai “ke atas”. Artinya, ada orang yang melaporkan ke sana, yang membuat hatinya semakin sedih. Sebelum Shaila menerima surat peringatan akan hal ini, dia berharap segera mendapatkan jalan keluar.</div>
<div style="border: 0px; color: #444444; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 15px; font: inherit; line-height: 22px; margin-bottom: 1em; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Beberapa saat sesudah itu, Rais ketemu Zulkarnaen, rekan sepengajian. Sebagaimana biasa, perbincangan mereka dari yang sifatnya umum, merambat kepada persoalan rumah tangga. Hingga sampailah kepada permasalahan kamar mereka. “Bagaimana kalau tinggal di tempat kami saja? Biar aku tinggal di kamar sebelah bersama rekan.” Begitu ungkap Zulkarnaen mencoba menwarkan jasa baiknya.</div>
<div style="border: 0px; color: #444444; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 15px; font: inherit; line-height: 22px; margin-bottom: 1em; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Rais terdiam, antara senang dan susah. Sebegitu besar pengorbanan mereka. Demikian batinnya. Dalam hati dia tidak ingin menyusahkan temannya, namun dilain pihak, dia juga tidak tega melihat sang istri Shaila menderita batin di asrama manakala Rais mengunjunginya. Lagi pula, sebagai suami-istri mereka tidak selalu bisa bertemu setiap hari karena kendala yang selama ini mereka alami.</div>
<div style="border: 0px; color: #444444; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 15px; font: inherit; line-height: 22px; margin-bottom: 1em; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Semula Rais berharap-harap cemas atas berita yang akan disampaikan oleh Zulkarnaen hari itu. Rais tahu betul sifat Zulkarnaen yang jika membantu seseorang tidak sebedar di bibir. “Subhanallah. Terimakasih Zul…!” kata Rais ketika Zulkarnaen menyampaikan berita bahwa rekan se-flatnya tidak keberatan akan niat baik Zulkarnaen, yang pula tinggal di apartemen milik pemerintah, untuk bujangan pria. Akhirnya Shaila dan Rais pindah ke flat tempat Zulakrnaen. Legalah perasaan mereka. Di sinipun mereka tinggal gratis. Rais berpikir toh mereka tidak akan selamanya tinggal disana.</div>
<div style="border: 0px; color: #444444; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 15px; font: inherit; line-height: 22px; margin-bottom: 1em; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Rupanya kepindahan mereka kali inipun belum menjanjikan perbaikan nasib. Karena selang beberapa minggu kemudian, mereka mendapatkan berita “buruk”. Bahwa pada dasarnya mereka tidak memiliki izin tinggal di asrama tersebut. Ada orang yang kurang senang yang melaporkan kejadian tersebut ke kantor pusat yang mengurusi pemondokan itu.</div>
<div style="border: 0px; color: #444444; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 15px; font: inherit; line-height: 22px; margin-bottom: 1em; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Batin Shaila kembali menangis. Shaila bingung sekali menghadapi kenyataan ini. Bingung karena harus pergi ke mana. Si Rais, meski sebagai suami, namun belum mapan ekonominya, juga dihadapkan pada persoalan yang amat pelik. Tidak pindah ini melanggar hukum dan dapat tekanan, mau pindah ini uang dari mana untuk beaya sewa rumah? Apa yang dikuatirkan kemudian terjadi. Sepasang suami-istri ini kemudian menerima surat panggilan dari dinas, yang mengurusi pemondokan mereka, termasuk Shaila.</div>
<div style="border: 0px; color: #444444; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 15px; font: inherit; line-height: 22px; margin-bottom: 1em; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Dalam kegaduhan yang tidak menentu, mereka esoknya menemui sang manager. “Orang-orang kamu ini bagaimana sih? Yang melaporkan kamu ini juga orang-orang dari bangsamu sendiri, bukanya orang lain!” Kata sang manager, menyatakan bahwa laporan yang diterimanya adalah dari orang-orang yang tidak lain adalah rekan-rekan kerja Shaila sendiri. Rasanya malu sekali Shaila mendengarnya.</div>
<div style="border: 0px; color: #444444; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 15px; font: inherit; line-height: 22px; margin-bottom: 1em; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Rais dan Shaila makin bergetar hati menunggu vonis yang bakal mereka terima nanti sebagai konsekuensi tinggal mereka yang tanpa izin. Namun betapa mereka terkejut ketika sang manager memberikan sebuah kunci, dan “Mulai besok, kamu harus keluar dari apartemen Zulkarnaen. Ini kunci rumahnya, dan kamu bisa tinggal di sana mulai besok. Tolong dibersihkan, karena rumah tersebut sudah lama tidak ada penghuninya!”</div>
<div style="border: 0px; color: #444444; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 15px; font: inherit; line-height: 22px; margin-bottom: 1em; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“Subhanallah!” Begitu ungkap Rais dan Shaila menerima berkah dari Allah SWT. Mereka semula sangat takut. Namun, siap menerima sangsi yang bakal diberikan. Hari ini, bukannya hukuman yang mereka terima, tetapi hadiah. Shaila menangis! Terharu menghadapi semua kenyataan ini.</div>
<div style="border: 0px; color: #444444; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 15px; font: inherit; line-height: 22px; margin-bottom: 1em; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Shaila jadi ingat ketika suatu hari Rasulullah SAW bersama Umar r.a sedang melayat, di tengah jalan mereka ketemu seorang Yahudi, Zaid Bin Su’nah namanya. Tiba-tiba ghamis Rasulullah SAW ditarik dengan keras olehnya, sambil berkata kasar “Hai Muhammad, kembalikan hutangmu..!” sementara itu, leher Rasulullah, karena tarikan keras ghamisnya, membekas kemerahan. Melihat sikap kasar tersebut, nyaris Umar r.a. membabat leher si Zaid. “Kalau bukan karena Rasulullah melarang, sudah aku tebas kepalamu!” kata Umar. “Umar, mestinya aku dan dia lebih membutuhkan perkara yang lain!” kata Rasulullah, maksudnya nasihat. Rasulullah SAW membutuhklan nasihat untuk melunasi hutangnya dan si Zaid membutuhkan nasihat untu meminta hutangnya dengan baik. “Umar, berikan hak-haknya, dan tambahkan dua puluh sa’ kurma!” perintah Rasulullah SAW kepada Umar r.a.</div>
<div style="border: 0px; color: #444444; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 15px; font: inherit; line-height: 22px; margin-bottom: 1em; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Melihat Umar membawa serta hutang ditambah 20 sa’ kurma, sang Zaid terkejut. “Ada apa ini Umar?” “Rasulullah memerintahkan saya untuk memberikan ini kepadamu sebagai imbalan kemarahanmu!”</div>
<div style="border: 0px; color: #444444; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 15px; font: inherit; line-height: 22px; margin-bottom: 1em; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“Siapa kamu sebenarnya? Kenapa kamu berbuat demikian kasar terhadap Rasulullah?” kata Umar. “Saya Zaid bin Su’na. Pendeta Yahudi. Saya sudah mengamati sejak dari dulu tanda-tanda kenabian yang ada pada Muhammad, kecuali dua hal: kesabarannya bisa memupus kejahilan dan kejahilan yang ditujukan kepadanya bisa menambah kemurahan hatinya. Karena itu ketahuilah ya Umar, aku bersaksi bahwa tiada Tuha selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah.”</div>
<div style="border: 0px; color: #444444; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 15px; font: inherit; line-height: 22px; margin-bottom: 1em; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Esok harinya Shaila dan Rais berkemas menuju rumah “baru” mereka, sebagai “hadiah” kesabaran yang selama ini mereka jalani. Rumahnya kotor sekali. Perabotan-perabotan yang ada di dalamnya sudah banyak yang rusak. Shaila merapikan perabotan-perabotan tersebut. Bahkan korden pun dia lipati karena kuatir ada orang lain yang memilikinya. Meja kursi pun banyak yang patah kakinya. Sepasang suami istri ini menggotong bersama barang-barang tersebut ke tepi. Karpet rumah juga sudah tidak lagi layak dipakai. Debunya barangkali bisa diukur dalam hitungan centimeter.</div>
<div style="border: 0px; color: #444444; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 15px; font: inherit; line-height: 22px; margin-bottom: 1em; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Hari kedua sesudah mereka bersihkan rumah, sang manager datang lagi. Kali ini bukan melihat hasil bagaimana mereka membereskan rumah yang tidak dihuni selama sepuluh tahun tersebut. Sebaliknya dia membawa barang-barang kebutuhan rumah, termasuk meja-kursi baru, korden, karpet, dan sebagainya, untuk pasangan muda tersebut.</div>
<div style="border: 0px; color: #444444; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 15px; font: inherit; line-height: 22px; margin-bottom: 1em; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Subhanallalah. Melihat Rais dan Shaila saya jadi teringat betapa kita kadang tidak pernah sabar dalam menghadapi sebuah cobaan. Bukannya syukur yang terungkap namun cemoohan. Padahal Allah SWT selalu akan menggantikannya dengan yang jauh lebih baik. Mungkin saja tidak sekarang tapi nanti. Dan itu pasti!</div>
<div style="border: 0px; color: #444444; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 15px; font: inherit; line-height: 22px; margin-bottom: 1em; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Sebagaimana kisah Rasulullah SAW dan Pendeta Yahudi Zaid yang diriwayatkan oleh Hadist Riwayat (HR) Hakim diatas, ternyata sabar selalu berbuah positif bahkan mampu memupus kejahilan. Tidak ada kamus kalah-menang untuk urusan yang satu ini. Dan, sekiranya kesabaran diterapkan sebagai sebuah ibadah, seperti yang dialami Rais dan Shaila, tidak ada istilah kesengsaraan dalam lembaran-lembaran kehidupan. Yang ada hanyalah kenikmatan yang tertunda!</div>
van_ramehttp://www.blogger.com/profile/09701258764884270473noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1368189765114168902.post-17865191016045102082013-01-23T20:07:00.000+07:002013-01-23T20:07:00.153+07:00Kesenangan (Cinta) Duniawi yang Melalaikan<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://ervakurniawan.files.wordpress.com/2012/08/amalan-baik.jpg?w=632" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://ervakurniawan.files.wordpress.com/2012/08/amalan-baik.jpg?w=632" /></a></div>
<div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;"><br /></span></span></div>
<div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Firman Allah :</span></span></div>
<div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">(38:30) D<em>an Kami karuniakan kepada Daud, Sulaiman, dia adalah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat ta’at (kepada Tuhannya),</em></span></span></div>
<div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">(38:31) <em>(ingatlah) ketika dipertunjukkan kepadanya kuda-kuda yang tenang di waktu berhenti dan cepat waktu berlari pada waktu sore,</em></span></span></div>
<a name='more'></a><br />
<div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">(38:32) <em>maka ia berkata: “Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan”.</em></span></span></div>
<div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">(38:33) <em>“Bawalah kuda-kuda itu kembali kepadaku. Lalu ia potong kaki dan leher kuda itu”.</em></span></span></div>
<div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Empat ayat diatas adalah dari Surot Shood, menceritakan suatu kisah ibrah berkenaaan kesenangan / kecintaan duniawi yang bisa melalaikan ketaatan terhadap perintah Allah.</span></span></div>
<div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Ayat pertama, (38:30) informasi kepada kita bahwa Allah memberikan karunia kepada Nabi Daud as, seorang anak yang merupakan sebaik-baik hamba Allah dan amat taat kepada Allah, yaitu Nabi Sulaiman as.</span></span></div>
<div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Ayat kedua, (38:31) menceritakan bahwa Nabi Sulaiman punya hoby memelihara kuda. Dan kuda-kudanya sangat terlatih. Namun karena hobynya ini membuat lalai dalam mengingat Allah, sehingga ia berkata :</span></span></div>
<div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Ayat ketiga, (38:32) “Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan”. Karena kesenangannya dalam memelihara kuda dan melatihnya membuat ia lalai lalu ia mengambil keputusan :</span></span></div>
<div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Ayat ke empat, (38:33) “Bawalah kuda-kuda itu kembali kepadaku”. Lalu ia potong kaki dan leher kuda itu.</span></span></div>
<div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Apa yang dilakukan Nabi Sulaiman as, merupakan sebuah kisah yang patut kita ambil ibrahnya, betapa pentingnya untuk ingat terhadap perintah Allah dan jangan sampai kita lalai terhadap mengingat Allah karena kesibukan duniawi sesaat.</span></span></div>
<div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Lalu mari kita renungkan surot at-Tawbah ayat 24 dibawah ini :</span></span></div>
<div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">(9:24) <em>Katakanlah: “jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNYA dan dari berjihad di jalan NYA, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA”.</em></span></span></div>
<div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.</span></span></div>
<div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Semoga Allah melindungi kita dalam pemeliharaan dan pendidikan-Nya agar lebih mencintai Allah, Rasul dan Jihad. Jangan sampai kecintaan ataupun kesenangan kita terhadap bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga kita, harta kekayaan yang kita usahakan, perniagaan yang kita khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kita sukai membuat kita lalai dalam mengingat Allah.</span></span></div>
<div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Karena jika kita tidak segera toubat dari kelalaian terhadap Allah, Rasul dan Jihad maka akan termasuk orang-orang yang fasik. Na’udzubillah min zalik.</span></span></div>
<div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Wassalam</span></span></div>
<ul style="border-bottom-style: none; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-image: initial; border-left-style: none; border-left-width: 0px; border-right-style: none; border-right-width: 0px; border-top-style: none; border-top-width: 0px; border-width: initial; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; list-style-image: initial; list-style-position: initial; margin-bottom: 22px !important; margin-left: 18px; margin-right: 0px !important; margin-top: 0px; overflow-x: visible; overflow-y: visible; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<li style="border-bottom-style: none; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-image: initial; border-left-style: none; border-left-width: 0px; border-right-style: none; border-right-width: 0px; border-top-style: none; border-width: initial; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; overflow-x: visible; overflow-y: visible; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 2px;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Beribadah karena manusia itu munafiq</span></span></li>
<li style="border-bottom-style: none; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-image: initial; border-left-style: none; border-left-width: 0px; border-right-style: none; border-right-width: 0px; border-top-style: none; border-width: initial; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; overflow-x: visible; overflow-y: visible; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 2px;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Meninggalkan ibadah karena manusia itu musyrik</span></span></li>
</ul>
<div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">***</span></span></div>
<div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Dari Sahabat</span></span></div>
van_ramehttp://www.blogger.com/profile/09701258764884270473noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1368189765114168902.post-50588033252272351002013-01-15T19:53:00.003+07:002013-01-15T19:54:17.128+07:00Ketika Naira Berjilbab<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://ervakurniawan.files.wordpress.com/2012/08/siluet-muslimah-laut-biru-sore.jpg?w=300&h=246" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://ervakurniawan.files.wordpress.com/2012/08/siluet-muslimah-laut-biru-sore.jpg?w=300&h=246" /></a></div>
<div style="margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
</div>
<div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Adalah Naira seorang gadis remaja lulus SMU. Naira memiliki wajah yang cantik, tubuhnya langsing, dengan tinggi hampir 170 cm. Naira memilik kegemaran yang jarang dimiliki oleh wanita seusianya yakni berolahraga. Hampir semua bidang olahraga ia kuasai. Ketika teman-temannya mendaftar diperguruan tinggi dengan memilih jurusan yang populer, banyak diminati agar mudah mencari kerja, atau memilih bidang yang bergengsi misalnya; Naira justru memilih untuk kuliah di Universitas Negeri Jakarta [ dulu namanya IKIP] mengambil jurusan ‘langka’, – olahraga -.</span></span></div>
<a name='more'></a><br />
<div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Selama Naira kuliah ia mengambil jurusan olahraga voli. Selain cantik, Naira cerdas, ia berprestasi. Sehingga dimasa kuliahnya ia juga mampu mencari uang sendiri. Misanya memberi pelajaran privat berenang; mengajar ilmu beladiri, senam di kursus-kursus. Kepandaian ber volinya juga memberi dampak bagi lingkungan tempat tinggalnya. Ia melatih warga dan sering memenangkan lomba voli dalam rangka 17-an atau antar RT, kelurahan.</span></span></div>
<div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Puncaknya, ketika Naira terpilih menjadi tim voli dari universitasnya untuk mengikuti acara olahraga antar mahasiswa. Naira bisa berkunjung ke daerah-daerah lain di Indonesia. Naira juga sempat terpilih menjadi anggota tim voli yang mewakili daerah (porda), bahkan nasional. Secara internasional pun Naira sempat merasakannya; bagaimana dieluk-elukan, di puja -puji. Buah keahliannya menghasilan penghargaan; berupa piala, medali, piagam dan tentunya juga materi serta fasilitas lainnya dari universitas.</span></span></div>
<div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Di penghujung masa ia hendak meraih gelar S1 nya, Naira memutuskan untuk berjilbab. Betapa godaan, kesempatan emas untuk berkarir itu justru datang bertubi-tubi padanya ketika ia telah berjilbab. Bermula dari tawaran suatu yayasan kedaerahan di tempat ia tinggal agar Naira bisa mengikuti lomba ‘ratu-ratu-an’. Naira menolak dengan halus. Orangtua Naira yang mempunyai kedekatan dengan personil di AL, memungkinkan Naira bisa merintis karir sedikit mudah untuk menjadi bagian dari korps wanita AL. Kemudian juga ada tawaran untuk menjadi pramugari. Pada karir-karir inilah yang kemudian Naira sempat bimbang. Naira sebenarnya sangat ingin, karena selain menyukai olahraga ia juga senang berpergian. Tapi Naira memutuskan untuk mengatakan tidak, karena untuk profesi ini ia harus menanggalkan jilbabnya; meskipun hanya untuk selama masa pendidikan dan bertugas.</span></span></div>
<div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Selama menganggur setelah menjadi sarjana, ia mendapatkan tawaran dari teman-temannya, lembaga, klub untuk menjadi bagian dari tim voli mereka. Naira menolak, selain harus melepas jilbab, busana resmi voli untuk wanita sangat tidak islami, begitu penuturannya.</span></span></div>
<div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">Kini, Naira berprofesi sebagai pengajar di sebuah taman kanak-kanak, menjadi instruktur olahraga bagi anak-anak TK. Naira anak sulung dengan 3 orang adik, berasal dari keluarga sederhana. Umurnya belum 25, ia masih muda tapi ia tak mudah tergoda ketika menentukan arah hidup selanjutnya sesuai yang ia inginkan. Naira menerima banyak pertanyaan dari teman-temannya sehubungan dengan sikapnya ini. Masa sih, seorang atlit bisa dengan mudah berpindah profesi menjadi guru taman kanak-kanak, meninggalkan hiruk pikuk sorak sorai ketenaran, mengabaikan kesempatan profesi yang memungkinkan mendapatkan materi, fasilitas yang lebih menjanjikan sekedar untuk mempertahankan keyakinannya?</span></span></div>
<div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">***</span></span></div>
<div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: #999999;">[Kisah ini nyata, terimakasih untuk 'Naira' yang telah membagi pengalaman hidupnya]</span></span></div>
<br />van_ramehttp://www.blogger.com/profile/09701258764884270473noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1368189765114168902.post-46786185927063194232012-10-21T19:18:00.000+07:002012-10-21T19:18:00.216+07:00Nasehat Sang Ibunda<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://farm4.static.flickr.com/3295/3111822272_24b4ea7a2e.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://farm4.static.flickr.com/3295/3111822272_24b4ea7a2e.jpg" width="240" /></a></div>
Jam menunjukkan pukul 23.00. Tapi mata belum juga bisa terpejamkan. Setelah menyaksikan adegan istimewa yang disuguhkan Allah Swt di dinding kamar saya, bagaimana upaya seekor cicak menyambut rizkinya. Tiba-tiba tanpa sengaja pikiran saya melayang jauh ke masa lampau. Waktu itu bertepatan dengan hari ke sebelas bulan ramadhan.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Sosok ibu kami, pada masanya, beliau tidak pernah merasakan bagaimana menjadi seorang murid. Beliau tidak pernah sekolah. Walaupun hanya setingkat sekolah dasar. Tetapi cara-cara beliau mendidik dan memberi pelajaran kepada kami, sungguh sangat mengesankan dan membuat kami selalu kagum pada beliau. Diantara sekian banyak pelajaran kehidupan yang kami terima, ada satu hal yang terus saya ingat, apabila pikiran terbayang pada beliau.<br />
<br />
Pada sore hari yang cerah, saya mau mengambil buah jambu yang ada di halaman rumah kami. Buah jambu itu tampak sudah matang dan begitu menggairahkan. Perlu diketahui bahwa pohon jambu yang kami tanam di depan rumah kami adalah buah ‘jambu jepang’, istilah orang kampung. Pohon itu sangat langka pada saat itu.<br />
<br />
Di kampung tempat kami tinggal hanya ada satu pohon itu saja. Sehingga semua orang yang melihatnya kepingin sekali merasakan bagaimana rasa buah `jambu jepang’ tersebut. Pohon itu kalau berbuah juga tidak terlalu banyak. Kadang-kadang satu pohon hanya ada satu atau dua buah saja yang masak. Perlu diketahui pula bahwa buahnya sangat kecil hanya sebesar buah kelengkeng saja. Tetapi baunya harum dan rasanya manis.<br />
<br />
Pada hari itu, buah jambu yang masak ada dua buah. Ketika sore itu saya mau mengambil buah yang sudah ranum, ibu melarangnya. Sehingga saya agak kecewa karenanya.<br />
<br />
Kata saya : ‘..Mengapa bu, saya tidak boleh mengambil buah tersebut? Kan itu milik kita. Kalau tidak cepat diambil nanti kan membusuk?”<br />
<br />
Jawab ibu : “Nak, kita kan sudah pernah makan buah tersebut. Walaupun dengan menunggu dalam waktu yang cukup lama. Dan memang kadang-kadang kita hanya bisa makan satu atau dua buah saja yang sedang masak. Tetapi tetangga depan rumah kita itu, belum pernah mencicipinya. Kemarin ibu lihat anaknya pingin sekali mengambil jambu itu. Karena itu janganlah diambil. Berikan buah jambu itu kepada mereka. Agar hatinya senang…<br />
<br />
Kembali mata saya berkaca-kaca, mengingat peristiwa sederhana itu. Sebuah peristiwa yang mungkin setiap orang akan pernah menjumpainya dalam keluarganya masing-masing. Atau dalam lingkungan lainnya, dengan model yang berbeda.<br />
<br />
“Dahulukanlah orang lain… ! Begitulah kira-kira inti pelajaran istimewa yang saya terima dari beliau Mengenang peristiwa itu, saya jadi teringat sebuah riwayat yang menceritakan tentang seorang sahabat yang oleh rasulullah disuruh menjamu tamunya. Ceritanya, di rumah sahabat tersebut tidak terdapat sesuatu makanan, kecuali makanan milik anaknya. Karena sang pemilik rumah ingin lebih mengutamakan tamunya dari pada keluarganya, ia memberikan makanan milik anaknya tersebut kepada tamunya dengan cara yang sangat luar biasa.<br />
<br />
Yaitu ketika waktu makan bersama tamunya, sang pemilik rumah pura-pura makan juga, padahal piringnya kosong. Mengapa pura-pura? Supaya sang tamu tidak mengetahui kalau pemilik rumah sebenarnya tidak ikut makan. Untuk maksud itu, maka lampu di dalam rumahnya dipadamkan. Pura-pura kehabisan minyak. Setelah suasana menjadi gelap, maka mereka ‘makan’ bersama-sama. Sang tamu makan sungguhan, sang pemilik rumah makan pura-pura, padahal perutnya sangatlah laparnya.<br />
<br />
Peristiwa itu begitu luar biasanya, sehingga turunlah ayat Al-Qur’an surat Al-Hasyr (59) : 9, sebagai penghargaan terhadap peristiwa tersebut.<br />
<br />
Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.<br />
<br />
Kalaulah sampai Allah Swt, menurunkan sebuah ayat lantaran peristiwa tersebut, sungguh betapa hebatnya kejadian itu sehingga perlu diabadikan dalam kitab suci akhir zaman ini. Agar bisa dicontoh dan diteladani oleh umat manusia.<br />
<br />
Demikian pula banyak pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh Rasulullah saw, agar kita selalu berbuat baik kepada orang lain, serta memiliki sifat murah hati terhadap orang lain.<br />
<br />
Anas bin Malik ra, berkata, bahwa rasulullah saw itu, tidak pernah diminta kecuali selalu memberi. Pernah datang seorang lelaki kepada Rasulullah untuk meminta, maka beliau memberikan kambing-kambing yang banyak yang berada diantara dua gunung, kambing sadaqah. Maka lelaki itu pulang dan ia berkata kepada kaumnya…<br />
<br />
Wahai kaumku, masuk Islamlah kalian semua! Sesungguhnya Muhammad itu amat pemurah. Ia memberi dengan pemberian yang sangat banyak, tidak pernah takut melarat…<br />
<br />
***<br />
<br />
Dari Sahabat<br />
van_ramehttp://www.blogger.com/profile/09701258764884270473noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1368189765114168902.post-77536649558712734372012-10-17T19:14:00.000+07:002012-10-17T19:14:00.687+07:00Suara Merdu Sang Pengamen<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTRry64sTjZ2YMqq_cApiQXcnxzHcmJfuJqWTNEDJ8PZSglrN4gnleJzOBpZg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTRry64sTjZ2YMqq_cApiQXcnxzHcmJfuJqWTNEDJ8PZSglrN4gnleJzOBpZg" /></a></div>
Seorang ibu setengah baya, tiba-tiba naik ke dalam bus kota yang beropersi antara jalan Aceh dan Kampus Universitas Padjadjaran di kota Bandung. Para penumpang bus agak heran, sebab selama mereka menumpang bus di route itu, belum pernah melihat pengamen tersebut. Sehingga para penumpang pun memperhatikan keberadaan pengamen ‘asing’ itu meskipun dengan sikap acuh tak acuh.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Yang menarik adalah, ibu tersebut tidak membawa peralatan apa-apa. Sebelum ia beraksi menyanyikan lagu seperti kebanyakan pengamen, ia memberikan sebuah ‘kata sambutan’ yang cukup menarik.<br />
<br />
Kata sambutan yang cukup singkat itu ternyata bisa menyita perhatian para penumpang bus. Ibu yang penampilannya sangat sederhana ini, menceritakan kondisi keluarganya yang saat itu sedang dilanda musibah tanah longsor di suatu daerah. Maka dengan modal nekat dari rasa malu, ia mencari rezeki dengan jalan menyanyi di dalam bus. Dan hari itu adalah penampilan ‘perdananya’ di dalam bus itu.<br />
<br />
Setelah selesai mengungkapkan suara hatinya, ibu pengamen ini melantunkan sebuah tembang dari daerah jawa barat. Dan seketika, seluruh suara hiruk pikuk di dalam bus menjadi berhenti. Semua penumpang terkesiap mendengarkannya. Seolah-olah semua orang terkena pengaruh ‘magis’.<br />
<br />
Suara ibu ini cukup merdu, tetapi yang membuat semua orang terkesima adalah karena adanya semacam kekuatan tersembunyi dari ekspresi yang sangat menggetarkan hati. Sehingga muncullah sebuah penjiwaan yang luar biasa.<br />
<br />
Mungkin, saat itu ia teringat keadaan anak-anaknya yang sedang terkulai sakit di rumahnya. Begitu ia berhenti melantunkan tembang yang membuat semua orang trenyuh, kontan saja hampir semua penumpang memberi uang dengan nilai yang jauh diatas ‘harga’ pengamen ‘reguler’. Bahkan kawan saya ‘IM’ yang menceritakan kejadian itu, ia memberikan uang sebesar lima ribu rupiah.<br />
<br />
Tentu saja nilai lima ribu rupiah waktu itu, bagi seorang pengamen ‘dadakan’ seperti dia sungguh sangat luar biasa. Belum penumpang-penumpang lainnya… tetapi saya hanya melihat sekali saja wanita itu, sebab hari-hari berikutnya meskipun setiap hari saya naik bus di route tersebut, yang datang adalah pengamen-pengamen tetap lainnya ….. ” Demikian kata menutup ceritanya.<br />
<br />
Dari cerita itu, saya masih bisa merasakan bahwa IM sangat terkesan dengan peristiwa itu. Yang menjadi fokus perhatian saya mendengarkan cerita itu ialah, betapa para penumpang bisa serempak memberikan uangnya dengan nilai yang jauh di atas kebiasaannya.<br />
<br />
Andaikata, saya ambil rata-rata untuk seorang pengamen jalanan ketika itu harganya adalah seratus rupiah, maka nilai lima ribu rupiah yang diberikan kepada ibu pengamen itu, merupakan nilai yang besar, dengan kelipatan lima puluh kalinya. Sungguh luar biasa….!<br />
<br />
Mengapa hal itu bisa terjadi? Ada beberapa kemungkinan yang membuat kondisi dan suasana ajaib itu bisa terjadi.<br />
<br />
Yang pertama, adalah adanya keikhlasan hati seorang ibu yang sedang sedih luar biasa. Ia berani dan tidak malu tampil di dalam bus lantaran teringat anak-anaknya yang berjumlah lima orang, yang kini sedang tergeletak sakit. Keikhlasan dan kondisinya yang sedang dirundung malang itu memberikan kekuatan yang tiada tara kepadanya.<br />
<br />
Yang kedua, adanya keikhlasan hati para penumpang bus dalam memberikan sebagian rezekinya kepada seseorang yang sedang membutuhkannya. Keikhlasan itu muncul setelah mereka mendengar dan bisa menghayati sebuah pesan kemanusiaan.<br />
<br />
Yang ketiga, adanya ‘komunikasi antar hati’ antara seorang ibu yang membutuhkan bantuan demi anak-anaknya, dengan pendengarnya.<br />
<br />
Yang keempat, adanya unsur tepat waktu dan tepat tempat. Andaikata ibu tersebut waktu itu masuk di tempat bus yang lain, mungkin akan berbeda suasananya dengan suasana di bus yang kini sedang kita bahas ini.<br />
<br />
Alasan yang pertama, kedua dan ketiga, adalah alasan kemanusiaan. Hal itu akan bisa terjadi dimana saja dan kapan saja. Secara umum siapa saja yang kondisinya sedang nyaman, bila ia dihadapkan pada suasana lain, dimana ada orang yang sedang membutuhkan uluran tangannya, kemungkinan besar akan berusaha membantunya. Selain itu juga adanya sebuah komunikasi hati yang tepat.<br />
<br />
Kata sebuah kata bijak, “Jika berkata dengan mulut, sampainya ke telinga, Jika berkata dengan hati, sampainya ke nurani..”<br />
<br />
Ibu tersebut dalam berkomunikasi tidak lagi menggunakan mulutnya, tetapi yang ia sampaikan adalah kegundahan hatinya yang begitu mendalam. Sehingga pesan itu tersampaikan tidak terbatas di telinga saja, tetapi bisa menembus hati para pendengarnya.<br />
<br />
Alasan yang keempat, adalah alasan yang sangat spesial. Siapakah yang menuntun dan menggerakkan hati ibu ini untuk menuju bus yang tepat dalam waktu yang tepat pula? Tentu jawabnya hanya ada satu. Yang mengatur semua itu adalah sebuah kehendak yang mempunyai kekuatan luar biasa. Dialah Allah Swt Sang Maha Pengatur Kehidupan Manusia.<br />
<br />
Dialah Dzat Yang Maha berkehendak. Dialah yang berkehendak menyuruh langkah kaki ibu yang sedang susah itu menuju bus yang tepat. Dialah Yang Maha Berkehendak untuk menggerakkan hati para penumpang bus untuk memberikan sebagian rezekinya.<br />
<br />
Dengan melihat peristiwa di dalam bus itu, seolah kita sedang diingatkan oleh Allah Swt. Bahwa di dalam setiap peristiwa yang sedang terjadi Allah ingin melihat, menguji, dan mengukur, siapakah diantara hamba-hambaNya yang sabar, dan siapa pula yang pandai bersyukur.<br />
<br />
Barang siapa yang diuji dengan musibah ia sabar, dan ketika diuji dengan nikmat ia bersyukur, insyaAllah dialah sebenarnya orang-orang yang berhasil dalam menjalankan misi kehidupannya…<br />
<br />
Allah selalu bersama dengan orang-orang yang sabar, dan Allah selalu bersama dengan orang yang pandai bersyukur.<br />
<br />
“Orang yang menikmati makanan lalu ia bersyukur, adalah seperti orang yang sedang berpuasa yang sabar.”<br />
<br />
(HR. Ibnu Majah, Ibnu Hibban dari Abu Hurairah)<br />
<br />
Artinya, dalam kehidupan ini kita sedang bermain-main dalam rentang dimensi syukur dan sabar. Semoga dengan selalu berikhtiar dan berdo’a kepada Allah Swt, kita akan bisa berhasil melewatinya. Insya Allah…<br />
<br />
***<br />
<br />
Dari Sahabat<br />
van_ramehttp://www.blogger.com/profile/09701258764884270473noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1368189765114168902.post-22674758805086389762012-10-12T19:06:00.000+07:002012-10-12T19:06:00.297+07:00Sang Pengunjung Terakhir<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://ervakurniawan.files.wordpress.com/2012/03/pintu1.jpg?w=300&h=199" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://ervakurniawan.files.wordpress.com/2012/03/pintu1.jpg?w=300&h=199" /></a></div>
Saudaraku, tahukah kamu siapa pengunjung terakhirmu? Tahukah kamu apa tujuan ia berkunjung dan menemuimu? Apa saja yang dimintanya darimu?<br />
<br />
Sungguh! Ia tak datang karena haus akan hartamu, karena ingin ikut nimbrung makan, minum bersamamu, meminta bantuanmu untuk membayar hutangnya, memintamu memberikan rekomendasi kepada seseorang atau untuk memuluskan upaya yang tidak mampu ia lakukan sendiri.!!<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Pengunjung ini datang untuk misi penting dan terbatas serta dalam masalah terbatas. Kamu dan keluargamu bahkan seluruh penduduk bumi ini tidak akan mampu menolaknya dalam merealisasikan misinya tersebut!<br />
<br />
Kalau pun kamu tinggal di istana-istana yang menjulang, berlindung di benteng-benteng yang kokoh dan di menara-menara yang kuat, mendapatkan penjagaan dan pengamanan yang super ketat, kamu tidak dapat mencegahnya masuk untuk menemuimu dan menuntaskan urusannya denganmu!!<br />
<br />
Untuk menemuimu, ia tidak butuh pintu masuk, izin, dan membuat perjanjian terlebih dahulu sebelum datang. Ia datang kapan saja waktunya dan dalam kondisi bagaimanapun; dalam kondisimu sedang sibuk ataupun sedang luang, sedang sehat ataupun sedang sakit, semasa kamu masih kaya ataupun sedang dalam kondisi melarat, ketika kamu sedang bepergian atau pun tinggal di tempatmu.!!<br />
<br />
Saudaraku! Pengunjungmu ini tidak memiliki hati yang gampang luluh. Ia tidak bisa terpengaruh oleh ucapan-ucapan dan tangismu bahkan oleh jeritanmu dan perantara yang menolongmu. Ia tidak akan memberimu kesempatan untuk mengevaluasi perhitungan-perhitunganmu dan meninjau kembali perkaramu!<br />
<br />
Kalau pun kamu berusaha memberinya hadiah atau menyogoknya, ia tidak akan menerimanya sebab seluruh hartamu itu tidak berarti apa-apa baginya dan tidak membuatnya mundur dari tujuannya!<br />
<br />
Sungguh! Ia hanya menginginkan dirimu saja, bukan orang lain! Ia menginginkanmu seutuhnya bukan separoh badanmu! Ia ingin membinasakanmu! Ia ingin kematian dan mencabut nyawamu! Menghancurkan raga dan mematikan tubuhmu! Dia lah malaikat maut!!!<br />
<br />
Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya:<br />
<br />
“Katakanlah, ‘Malaikat Maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu; kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan.” (QS. As-Sajadah: 11)<br />
<br />
Dan firman-Nya, artinya:<br />
<br />
“Sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya.” (QS. Al-An’am: 61)<br />
<br />
Kereta Usia<br />
<br />
Tahukah kamu bahwa kunjungan Malaikat Maut merupakan sesuatu yang pasti? Tahukah kamu bahwa kita semua akan menjadi musafir ke tempat ini? Sang musafir hampir mencapai tujuannya dan mengekang kendaraannya untuk berhenti?<br />
<br />
Tahukah kamu bahwa perputaran kehidupan hampir akan terhenti dan ‘kereta usia’ sudah mendekati rute terakhirnya? Sebagian orang shalih mendengar tangisan seseorang atas kematian temannya, lalu ia berkata dalam hatinya, “Aneh, kenapa ada kaum yang akan menjadi musafir menangisi musafir lain yang sudah sampai ke tempat tinggalnya?”<br />
<br />
Berhati-hatilah!<br />
<br />
Semoga anda tidak termasuk orang yang Allah subhanahu wata’ala sebutkan, artinya:<br />
<br />
“Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila Malaikat (Maut) mencabut nyawa mereka seraya memukul muka mereka dan punggung mereka?” (QS. Muhammad: 27)<br />
<br />
Atau firman-Nya, artinya:<br />
<br />
“(Yaitu) orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat zhalim kepada diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata), ‘Kami sekali-kali tidak ada mengerjakan sesuatu kejahatan pun.” (Malaikat menjawab), “Ada, sesungguh-nya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan. “Maka masuklah ke pintu-pintu neraka Jahannam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombong-kan diri itu.” (QS. An-Nahl: 28-29)<br />
<br />
Tahukah kamu bahwa kunjungan Malaikat Maut kepadamu akan mengakhiri hidupmu? Menyudahi aktivitasmu? Dan menutup lembaran-lembaran amalmu?<br />
<br />
Tahukah kamu, setelah kunjungan-nya itu kamu tidak akan dapat lagi melakukan satu kebaikan pun? Tidak dapat melakukan shalat dua raka’at? Tidak dapat membaca satu ayat pun dari kitab-Nya? Tidak dapat bertasbih, bertahmid, bertahlil, bertakbir, beristighfar walau pun sekali? Tidak dapat berpuasa sehari? Bersedekah dengan sesuatu meskipun sedikit? Tidak dapat melakukan haji dan umrah? Tidak dapat berbuat baik kepada kerabat atau pun tetangga?<br />
<br />
‘Kontrak’ amalmu sudah berakhir dan engkau hanya menunggu perhitungan dan pembalasan atas kebaikan atau keburukanmu!!<br />
<br />
Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya:<br />
<br />
“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, “Ya Tuhanku, kembalikan lah aku (ke dunia).” Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.” Sekali-kali tidak. Sesungguh-nya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS. Al-Mu’minun: 99-100)<br />
<br />
Persiapkan Dirimu!<br />
<br />
Mana persiapanmu untuk menemui Malaikat Maut? Mana persiapanmu menyongsong huru-hara setelahnya; di alam kubur ketika menghadapi pertanyaan, ketika di Padang Mahsyar, ketika hari Hisab, ketika ditimbang, ketika diperlihatkan lembaran amal kebaikan, ketika melintasi Shirath dan berdiri di hadapan Allah Al-Jabbar?<br />
<br />
Dari ‘Adi bin Hatim radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam bersabda,<br />
<br />
“Tidak seorang pun dari kamu melainkan akan diajak bicara oleh Allah pada hari Kiamat, tidak ada penerjemah antara dirinya dan Dia, lalu ia memandang yang lebih beruntung darinya, maka ia tidak melihat kecuali apa yang telah diberikannya dan memandang yang lebih sial darinya, maka ia tidak melihat selain apa yang telah diberikannya. Lalu memandang di hadapannya, maka ia tidak melihat selain neraka yang berada di hadapan mukanya. Karena itu, takutlah api neraka walau pun dengan sebelah biji kurma dan walau pun dengan ucapan yang baik.” (Muttafaqun ‘alaih)<br />
<br />
Berhitunglah Atas Dirimu!<br />
<br />
Saudaraku, berhitunglah atas dirimu di saat senggangmu, berpikirlah betapa cepat akan berakhirnya masa hidupmu, bekerjalah dengan sungguh-sungguh di masa luangmu untuk masa sulit dan kebutuhanmu, renungkanlah sebelum melakukan suatu pekerjaan yang kelak akan didiktekan di lembaran amalmu.<br />
<br />
Di mana harta benda yang telah kau kumpulkan? Apakah ia dapat menyelamatkanmu dari cobaan dan huru-hara itu? Sungguh, tidak! Kamu akan meninggalkannya untuk orang yang tidak pernah menyanjungmu dan maju dengan membawa dosa kepada Yang tidak akan memberikan toleransi padamu! (Abu Shofiyyah)<br />
<br />
***<br />
<br />
Sumber: Az-Z Eir Al-Akhû karya Khalid bin Abu Shalihvan_ramehttp://www.blogger.com/profile/09701258764884270473noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1368189765114168902.post-9779790757183363882012-10-09T19:00:00.002+07:002012-10-09T19:01:03.683+07:00Yang Lalu Biarlah Berlalu<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://tappang.files.wordpress.com/2008/04/bunga-siluet.jpg?w=300&h=220" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://tappang.files.wordpress.com/2008/04/bunga-siluet.jpg?w=300&h=220" /></a></div>
Mengingat dan mengenang masa lalu, kemudian bersedih atas nestapa dan kegagalan di dalamnya merupakan tindakan bodoh dan gila. Itu, sama artinya dengan membunuh semangat, memutuskan tekad dan mengubur masa depan yang belum terjadi.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Bagi orang yang berpikir, berkas-berkas masa lalu akan dilipat dan tak pernah dilihat kembali. Cukup di tutup rapat-rapat, lalu disimpan dalam ‘ruang’ penglupan, diikat dengan tali yang kuat dalam ‘penjara’ pengacuhan selamanya. Atau, diletakkan di dalam ruang gelap yang tak tertembus cahaya. Yang demikian, karena masa lalu telah berlalu dan habis. Kesedihan tak akan mampu mengembalikannya lagi, keresahan tak akan sanggup memperbaikinya kembali, kegundahan tidak akan mampu merubahnya menjadi terang, dan kegalauan tidak akan dapat menghidupkannya kembali, karena memang ia sudah tidak ada.<br />
<br />
Jangan pernah hidup dalam mimpi buruk masa lalu, atau di bawah payung gelap masa silam. Selamatkan diri Anda dari bayangan masa lalu! Apakah Anda ingin mengembalikan air sungai ke hulu, matahari ketempatnya terbit, seorok bayi ke perut ibunya, air susu ke payudara sang ibu, dan air mata ke kelopak mata? Ingatlah, keterikatan Anda, dengan masa lalu, keresahan Anda atas apa yang telah terjadi padanya, keterbakaran emosi jiwa Anda oleh api panasnya, dan kedekatan jiwa Anda pada pintunya, adalah kondisi yang sangat naif, ironis, memprihatinkan, dan sekaligus menakutkan.<br />
<br />
Membaca kembali lembaran masa lalu hanya akan memupuskan masa depan, mengendurkan semangat, dan menyia-nyiakan waktu yang sangat berharga. Dalam Al-Qur’an, setiap usai menerangkan kondisi suatu kaum dan apa saja yang telah mereka lakukan, Allah selalu mengatakan, “Itu adalah umat yang lalu.” Begitulah, ketika suatu perkara habis, maka selesai pula urusannya. Dan tak ada gunanya mengurai kembali bangkai zaman dan memutar kembali roda sejarah.<br />
<br />
Orang yang berusaha kembali ke masa lalu. Adalah tak ubahnya orang yang menumbuk tepung, atau orang yang menggergaji serbuk kayu.<br />
<br />
Syahdan, nenek moyang kita dahulu selalu mengingatkan orang yang meratapi masa lalunya demikian: “janganlah engkau mengeluarkan mayat-mayat itu dari kuburnya.” Dan konon, kata orang yang mengerti bahasa binatang, sekawanan binatang sering bertanya kepada seekor keledai begini, “Mengapa engkau tidak menarik gerobak.”<br />
<br />
“Aku benci khayalan,” jawab keledai.<br />
<br />
Adalah bencana besar, manakala kita rela mengabaikan masa depan dan justru hanya disibukkan oleh masa lalu. Itu, sama halnya dengan kita mengabaikan istana-istana yang indah dengan sibuk meratapi puing-puing yang sudah lapuk. Padahal, betapapun seluruh manusia dan jin bersatu untuk mengembalikan semua hal yang telah berlalu, niscaya mereka tidak akan pernah mampu. Sebab, yang demikian itu sudah mustahil pada asalnya.<br />
<br />
Orang yang berpikiran jernih tidak akan pernah melihat dan sedikitpun menoleh kebelakang. Pasalnya, angin akan selalu berhembus ke depan, air akan mengalir ke depan, setiap kafilah akan selalu berjalan ke depan dan segala sesuatu bergerak maju ke depan. Maka itu, janganlah pernah melawah sunah kehidupan! Wallahu a’lam<br />
<br />
***<br />
<br />
Narasumber: La Tahzan dari DR. ‘Aidh al-Qarnvan_ramehttp://www.blogger.com/profile/09701258764884270473noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1368189765114168902.post-59165764260350692842012-07-20T00:39:00.000+07:002012-07-20T00:39:49.521+07:00Pesan Yang Ingin di Sampaikan Roh<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://mataku.media-ide.com/wp-content/uploads/2011/01/37-pohon-dan-langit-662x990.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://mataku.media-ide.com/wp-content/uploads/2011/01/37-pohon-dan-langit-662x990.jpg" width="213" /></a></div>
Apabila roh keluar dari jasad, ia akan berkata-kata dan seluruh isi alam sama ada di langit atau bumi akan mendengarnya kecuali jin dan manusia. Apabila mayat dimandikan, lalu roh berkata : "Wahai orang yang memandikan, aku minta kepadamu kerana Allah untuk melepaskan pakaianku dengan perlahan-lahan sebab pada saat ini aku beristirahat daripada seretan malaikat maut".<br />
<a name='more'></a>Selepas itu, mayat bersuara sambil merayu : "Wahai orang yang memandikan, janganlah engkau menuangkan airmu dalam keadaan panas. Begitu juga jangan menuangnya dengan air yang dingin kerana tubuhku terbakar apabila terlepasnya roh dari tubuh"<br /><br />Apabila dimandikan, roh sekali lagi merayu :"Demi Allah, wahai orang yang memandikan jangan engkau menggosok aku dengan kuat sebab tubuhku luka-luka dengan keluarnya roh". Setelah dimandi dan dikafankan, telapak kaki mayat diikat dan ia pun memanggil-manggil dan berpesan lagi supaya jangan diikat terlalu kuat serta mengafani kepalanya kerana ingin melihat wajahnya sendiri, anak-anak, isteri atau suami buat kali terakhir kerana tidak dapat melihat lagi sampai Hari Kiamat.<br /><br />Ketika keluar dari rumah lalu ia berpesan :"Demi Allah, wahai jamaahku, aku telah meninggalkan isteriku menjadi janda. Maka janganlah kamu menyakitinya. Anak-anakku telah menjadi yatim dan janganlah kalian Menyakiti mereka. Sesungguhnya pada hari itu aku telah keluar dari rumahku dan aku tidak akan dapat kembali kepada mereka buat selama-lamanya".<br /><br />Sesudah mayat diletakkan pada keranda, sekali lagi diserunya kepada jemaah supaya jangan mempercepatkan mayatnya ke kubur selagi belum mendengar suara anak-anak dan sanak saudara buat kali terakhir. Sesudah dibawa dan melangkah sebanyak tiga langkah dari rumah, roh pula berpesan: "Wahai Kekasihku, wahai saudaraku dan wahai anak-anakku, jangan kamu diperdaya dunia sebagaimana ia memperdayakan aku dan janganlah kamu lalai ketika ini sebagaimana ia melalaikan aku".<br /><br />"Sesungguhnya aku tinggalkan apa yang aku telah aku kumpulkan untuk warisku dan sedikitpun mereka tidak mahu menanggung kesalahanku. Adapun didunia, Allah menghisab aku, padahal kamu berasa senang dengan keduniaan. Dan mereka juga tidak mahu mendoakan aku".<br /><br />ٍSumber: Sahabat<br />van_ramehttp://www.blogger.com/profile/09701258764884270473noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1368189765114168902.post-72216187693858527922012-07-07T19:32:00.000+07:002012-07-20T00:54:07.115+07:00Dan diapun tak pernah Lagi Berani Menatap Wajah Suaminya<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://tiaranr.files.wordpress.com/2011/02/siluet-wanita1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://tiaranr.files.wordpress.com/2011/02/siluet-wanita1.jpg" width="240" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<br />
Pernikahan itu telah berjalan empat (4) tahun, namun pasangan suami istri itu belum dikaruniai seorang anak. Dan mulailah kanan kiri berbisik-bisik: “kok belum punya anak juga ya, masalahnya di siapa ya? Suaminya atau istrinya ya?”. Dari berbisik-bisik, akhirnya menjadi berisik.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Tanpa sepengetahuan siapa pun, suami istri itu pergi ke salah seorang dokter untuk konsultasi, dan melakukan pemeriksaaan. Hasil lab mengatakan bahwa sang istri adalah seorang wanita yang mandul, sementara sang suami tidak ada masalah apa pun dan tidak ada harapan bagi sang istri untuk sembuh dalam arti tidak peluang baginya untuk hamil dan mempunyai anak.Melihat hasil seperti itu, sang suami mengucapkan: inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, lalu menyambungnya dengan ucapan: Alhamdulillah.<br />
<br />
Sang suami seorang diri memasuki ruang dokter dengan membawa hasil lab dan sama sekali tidak memberitahu istrinya dan membiarkan sang istri menunggu di ruang tunggu perempuan yang terpisah dari kaum laki-laki.Sang suami berkata kepada sang dokter: “Saya akan panggil istri saya untuk masuk ruangan, akan tetapi, tolong, nanti anda jelaskan kepada istri saya bahwa masalahnya ada di saya, sementara dia tidak ada masalah apa-apa.Kontan saja sang dokter menolak dan terheran-heran.<br />
<br />
Akan tetapi sang suami terus memaksa sang dokter, akhirnya sang dokter setuju untuk mengatakan kepada sang istri bahwa masalah tidak datangnya keturunan ada pada sang suami dan bukan ada pada sang istri.Sang suami memanggil sang istri yang telah lama menunggunya, dan tampak pada wajahnya kesedihan dan kemuraman. Lalu bersama sang istri ia memasuki ruang dokter. Maka sang dokter membuka amplop hasil lab, lalu membaca dan mentelaahnya, dan kemudian ia berkata: “… Oooh, kamu –wahai fulan- yang mandul, sementara istrimu tidak ada masalah, dan tidak ada harapan bagimu untuk sembuh.Mendengar pengumuman sang dokter, sang suami berkata: inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, dan terlihat pada raut wajahnya wajah seseorang yang menyerah kepada qadha dan qadar Allah SWT.<br />
<br />
Lalu pasangan suami istri itu pulang ke rumahnya, dan secara perlahan namun pasti, tersebarlah berita tentang rahasia tersebut ke para tetangga, kerabat dan sanak saudara.Lima (5) tahun berlalu dari peristiwa tersebut dan sepasang suami istri bersabar, sampai akhirnya datanglah detik-detik yang sangat menegangkan, di mana sang istri berkata kepada suaminya: “Wahai fulan, saya telah bersabar selama Sembilan (9) tahun, saya tahan-tahan untuk bersabar dan tidak meminta cerai darimu, dan selama ini semua orang berkata:” betapa baik dan shalihah-nya sang istri itu yang terus setia mendampingi suaminya selama Sembilan tahun, padahal dia tahu kalau dari suaminya, ia tidak akan memperoleh keturunan”.<br />
<br />
Namun, sekarang rasanya saya sudah tidak bisa bersabar lagi, saya ingin agar engkau segera menceraikan saya, agar saya bisa menikah dengan lelaki lain dan mempunyai keturunan darinya, sehingga saya bisa melihat anak-anakku, menimangnya dan mengasuhnya.Mendengar emosi sang istri yang memuncak, sang suami berkata: “istriku, ini cobaan dari Allah SWT, kita mesti bersabar, kita mesti …, mesti … dan mesti …”. Singkatnya, bagi sang istri, suaminya malah berceramah di hadapannya.Akhirnya sang istri berkata: “OK, saya akan tahan kesabaranku satu tahun lagi, ingat, hanya satu tahun, tidak lebih”.Sang suami setuju, dan dalam dirinya, dipenuhi harapan besar, semoga Allah SWT memberi jalan keluar yang terbaik bagi keduanya.<br />
<br />
Beberapa hari kemudian, tiba-tiba sang istri jatuh sakit, dan hasil lab mengatakan bahwa sang istri mengalami gagal ginjal.Mendengar keterangan tersebut, jatuhnya psikologis sang istri, dan mulailah memuncak emosinya. Ia berkata kepada suaminya: “Semua ini gara-gara kamu, selama ini aku menahan kesabaranku, dan jadilah sekarang aku seperti ini, kenapa selama ini kamu tidak segera menceraikan saya, saya kan ingin punya anak, saya ingin memomong dan menimang bayi, saya kan … saya kan …”.Sang istri pun bad rest di rumah sakit.<br />
<br />
Di saat yang genting itu, tiba-tiba suaminya berkata: “Maaf, saya ada tugas keluar negeri, dan saya berharap semoga engkau baik-baik saja”.“Haah, pergi?”. Kata sang istri.“Ya, saya akan pergi karena tugas dan sekalian mencari donatur ginjal, semoga dapat”. Kata sang suami.Sehari sebelum operasi, datanglah sang donatur ke tempat pembaringan sang istri.<br />
<br />
Maka disepakatilah bahwa besok akan dilakukan operasi pemasangan ginjal dari sang donatur.Saat itu sang istri teringat suaminya yang pergi, ia berkata dalam dirinya: “Suami apa an dia itu, istrinya operasi, eh dia malah pergi meninggalkan diriku terkapar dalam ruang bedah operasi”.Operasi berhasil dengan sangat baik. Setelah satu pekan, suaminya datang, dan tampaklah pada wajahnya tanda-tanda orang yang kelelahan.Ketahuilah bahwa sang donatur itu tidak ada lain orang melainkan sang suami itu sendiri. Ya, suaminya telah menghibahkan satu ginjalnya untuk istrinya, tanpa sepengetahuan sang istri, tetangga dan siapa pun selain dokter yang dipesannya agar menutup rapat rahasia tersebut.<br />
<br />
Dan subhanallah …Setelah Sembilan (9) bulan dari operasi itu, sang istri melahirkan anak. Maka bergembiralah suami istri tersebut, keluarga besar dan para tetangga.Suasana rumah tangga kembali normal, dan sang suami telah menyelesaikan studi S2 dan S3-nya di sebuah fakultas syari’ah dan telah bekerja sebagai seorang panitera di sebuah pengadilan di Jeddah. Ia pun telah menyelesaikan hafalan Al-Qur’an dan mendapatkan sanad dengan riwayat Hafs, dari ‘Ashim.Pada suatu hari, sang suami ada tugas dinas jauh, dan ia lupa menyimpan buku hariannya dari atas meja, buku harian yang selama ini ia sembunyikan.<br />
<br />
Dan tanpa sengaja, sang istri mendapatkan buku harian tersebut, membuka-bukanya dan membacanya.Hamper saja ia terjatuh pingsan saat menemukan rahasia tentang diri dan rumah tangganya. Ia menangis meraung-raung. Setelah agak reda, ia menelpon suaminya, dan menangis sejadi-jadinya, ia berkali-kali mengulang permohonan maaf dari suaminya. Sang suami hanya dapat membalas suara telpon istrinya dengan menangis pula.<br />
<br />
Dan setelah peristiwa tersebut, selama tiga bulanan, sang istri tidak berani menatap wajah suaminya. Jika ada keperluan, ia berbicara dengan menundukkan mukanya, tidak ada kekuatan untuk memandangnya sama sekali.(Diterjemahkan dari kisahk yang dituturkan oleh teman tokoh cerita ini, yang kemudian ia tulis dalam email dan disebarkan kepada kawan-kawannya)<br />
<br />
Sumber : kembanganggrek.com<br />
<br />van_ramehttp://www.blogger.com/profile/09701258764884270473noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1368189765114168902.post-33283713792284391002012-07-01T16:21:00.000+07:002012-07-01T16:21:32.329+07:00Tak ada<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://budiuzie.files.wordpress.com/2011/01/dsc_0167.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="212" src="http://budiuzie.files.wordpress.com/2011/01/dsc_0167.jpg" width="320" /></a></div>
Dunia dunia......<br />
kau cuma tipu daya<br />
dah tiada hasrat lagi tuk memilikinya<br />
ntah apa yang ku tuju disana dan tak tau apa yang ku nanti di sini...<br />
semua lepas kendali,terasa berat beban hidup ini.segores senyum pun tak kumiliki.<br />
tapi ku tak peduli......<br />
aku hanya ingin jadi orang asing di panggung ini.yang hanya singgah sementara tuk mencapai senyum kehidupan sebenarnya (surga)...<br />van_ramehttp://www.blogger.com/profile/09701258764884270473noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1368189765114168902.post-64779611284162849272012-06-25T21:33:00.000+07:002012-06-25T21:33:00.165+07:00Maaf Mas, Saya Nggak Punya Uang Kembalian<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://pendoasion.files.wordpress.com/2011/05/uang-logam.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://pendoasion.files.wordpress.com/2011/05/uang-logam.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Cuaca hari ini sangat sangat panas. Mbah sarno terus mengayuh sepeda tuanya menyisir jalan perumahan condong catur demi menyambung hidup. Mbah sarno sudah puluhan tahun berprofesi sebagai tukang sol sepatu keliling. Jika orang lain mungkin berfikir “mau nonton apa saya malam ini?”, mbah sarno cuma bisa berfikir “saya bisa makan atau nggak malam ini?”<br />
<a name='more'></a><br />
Di tengah cuaca panas seperti ini pun terasa sangat sulit baginya untuk mendapatkan pelanggan. Bagi mbah sarno, setiap hari adalah hari kerja. Dimana ada peluang untuk menghasilkan rupiah, disitu dia akan terus berusaha. Hebatnya, beliau adalah orang yang sangat jujur. Meskipun miskin, tak pernah sekalipun ia mengambil hak orang lain.<br />
<br />
Jam 11, saat tiba di depan sebuah rumah mewah di ujung gang, diapun akhirnya mendapat pelanggan pertamanya hari ini. Seorang pemuda usia 20 tahunan, terlihat sangat terburu-buru.<br />
<br />
Ketika mbah sarno menampal sepatunya yang bolong, ia terus menerus melihat jam. Karena pekerjaan ini sudah digelutinya bertahun-tahun, dalam waktu singkat pun ia berhasil menyelesaikan pekerjaannya.<br />
<br />
“Wah cepat sekali. Berapa pak?”<br />
<br />
“5000 rupiah mas”<br />
<br />
Sang pemuda pun mengeluarkan uang seratus ribuan dari dompetnya. Mbah sarno jelas kaget dan tentu ia tidak punya uang kembalian sama sekali apalagi sang pemuda ini adalah pelanggan pertamanya hari ini.<br />
<br />
“Wah mas gak ada uang pas ya?”<br />
<br />
“Nggak ada pak, uang saya tinggal selembar ini, belum dipecah pak”<br />
<br />
“Maaf mas, saya nggak punya uang kembalian”<br />
<br />
“Waduh repot juga kalo gitu. Ya sudah saya cari dulu sebentar pak ke warung depan”<br />
<br />
“Udah mas nggak usah repot-repot. Mas bawa dulu saja. Saya perhatikan mas lagi buru-buru. Lain waktu saja mas kalau kita ketemu lagi.”<br />
<br />
“Oh syukurlah kalo gitu. Ya sudah makasih ya pak.”<br />
<br />
Jam demi jam berlalu dan tampaknya ini hari yang tidak menguntungkan bagi mbah sarno. Dia cuma mendapatkan 1 pelanggan dan itupun belum membayar. Ia terus menanamkan dalam hatinya, “ikhlas. Insya allah akan dapat gantinya.”<br />
<br />
Ketika waktu menunjukkan pukul 3 lebih ia pun menyempatkan diri shalat ashar di masjid depan lapangan bola sekolah. Selesai shalat ia berdoa.<br />
<br />
“Ya allah, izinkan aku mencicipi secuil rezekimu hari ini. Hari ini aku akan terus berusaha, selebihnya adalah kehendakmu.”<br />
<br />
Selesai berdoa panjang, ia pun bangkit untuk melanjutkan pekerjaannya.<br />
<br />
Ketika ia akan menuju sepedanya, ia kaget karena pemuda yang tadi siang menjadi pelanggannya telah menunggu di samping sepedanya.<br />
<br />
“Wah kebetulan kita ketemu disini, pak. Ini bayaran yang tadi siang pak.”<br />
<br />
Kali ini pemuda tadi tetap mengeluarkan uang seratus ribuan. Tidak hanya selembar, tapi 5 lembar.<br />
<br />
“Loh loh mas? Ini mas belum mecahin uang ya? Maaf mas saya masih belum punya kembalian. Ini juga kok 5 lembar mas. Ini nggak salah ngambil mas?”<br />
<br />
“Sudah pak, terima saja. Kembaliannya, sudah saya terima tadi, pak. Hari ini saya tes wawancara. Telat 5 menit saja saya sudah gagal pak. Untung bapak membiarkan saya pergi dulu. Insya allah minggu depan saya berangkat ke prancis pak. Saya mohon doanya pak”<br />
<br />
“Tapi ini terlalu banyak mas”<br />
<br />
“Saya bayar sol sepatu cuma rp 5000 pak. Sisanya untuk membayar kesuksesan saya hari ini dan keikhlasan bapak hari ini.”<br />
<br />
***<br />
<br />
Dari Sahabatvan_ramehttp://www.blogger.com/profile/09701258764884270473noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1368189765114168902.post-20225674018330426042012-06-17T21:29:00.000+07:002012-06-17T21:29:00.453+07:00Allah Menjawab Doa Dengan Cara-Nya<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-ZTV8ZTUa4Ac/Tx-UiKkw73I/AAAAAAAAAOg/44w4pqMzehk/s1600/allahu+allah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://1.bp.blogspot.com/-ZTV8ZTUa4Ac/Tx-UiKkw73I/AAAAAAAAAOg/44w4pqMzehk/s320/allahu+allah.jpg" width="320" /></a></div>
<br /><br />Masalah terbesar dari doa adalah bagaimana membiarkannya mengalir dan mengizinkan Allah menjawab dengan cara-NYA. Pada suatu hari, seorang wanita sedang mengajar keponakannya. Dia biasanya menyimak apa yang diajarkan bibinya, tetapi kali ini dia tidak bisa berkonsentrasi.<br />
<a name='more'></a><br />Ternyata salah satu kelerengnya hilang. Tiba-tiba anak itu berkata: “Bi, bolehkan aku berlutut dan meminta Allah untuk menemukan kelerengku?”<br /><br />Ketika bibinya mengizinkan, anak itu berlutut di kursinya, menutup matanya dan berdoa dengan sungguh-sungguh. Kemudian dia bangkit dan melanjutkan pelajaran.<br /><br />Keesokan harinya, bibinya yang takut doa keponakannya tidak terjawab dan dengan demikian melemahkan imannya, dengan khawatir bertanya: “Sayang apakah engkau sudah menemukan kelerengmu?”<br /><br />“Tidak Bi”, jawab anak itu, “tetapi Allah telah membuatku tidak menginginkan kelereng itu lagi.”<br /><br />Alangkah indahnya iman anak itu. Allah memang tidak selalu menjawab doa kita menurut kehendak kita, tetapi jika kita tulus berdoa, Dia akan mengambil keinginan kita yang bertentangan dengan kehendakNya.<br /><br />***<br /><br />Dari Sahabat<br />van_ramehttp://www.blogger.com/profile/09701258764884270473noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1368189765114168902.post-11912347200924926922012-05-20T20:12:00.000+07:002012-05-20T20:12:00.828+07:00<span style="color: #666666;">Selalu mencoba memutar waktu,mengembalikan kenangan lalu.</span><br />
<span style="color: #666666;">Kau dan aku...</span><br />
<div><br />
</div>van_ramehttp://www.blogger.com/profile/09701258764884270473noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1368189765114168902.post-28293583573058756062012-05-15T20:17:00.000+07:002012-05-15T20:17:00.341+07:00<span style="color: #666666;">Pagiku kembali,burung pun bernyanyi.</span><br />
<span style="color: #666666;">Saatnya kembali berlari,mengejar apa yang bisa kudapati hari ini...</span><br />
<div><br />
</div>van_ramehttp://www.blogger.com/profile/09701258764884270473noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1368189765114168902.post-8944814881669439562012-05-11T20:17:00.000+07:002012-05-11T20:17:00.628+07:00<span style="color: #666666;">Matahariku malu,mungkin langit kan segera menangis...</span><br />
<span style="color: #666666;">Ntah kenapa para petani senang dan aku hanya terdiam terpaku menikmati hujan...</span>van_ramehttp://www.blogger.com/profile/09701258764884270473noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1368189765114168902.post-51016653138508739322012-05-10T20:12:00.002+07:002012-05-10T20:12:01.031+07:00<span style="color: #666666;">Senja pun berganti malam,tinggal larut menuju pagi...</span><br />
<span style="color: #666666;">Perpisahan bukanlah duka,mesti selalu menyisakan luka...</span><br />
<span style="color: #666666;">Selamat tidur hari,jika masih ada waktu,ku kan menanti esok kembali...</span><br />
<div><br />
</div>van_ramehttp://www.blogger.com/profile/09701258764884270473noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1368189765114168902.post-1402108743739578712012-05-09T20:12:00.000+07:002012-05-09T20:12:00.026+07:00<span style="color: #666666;">Aku tak melihat senyumu,matahariku...</span><br />
<span style="color: #666666;">Kenapa hari ini aku harus berteman mendung.</span><br />
<span style="color: #666666;">Ada apa denganmu,tunjukan bayangmu,maka kan ku bantu tuk menghapus awan hitam pengganggumu....</span>van_ramehttp://www.blogger.com/profile/09701258764884270473noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1368189765114168902.post-34589641785597365222012-05-08T20:05:00.002+07:002012-05-08T20:05:00.415+07:00<div style="text-align: left;"><span style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;"></span></span></div><span style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif;">Terbunuh sepi,seakan menunggu mati.</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif;">Jiwaku yang lelah sendiri,menanti mentari yang tak kunjung terbit pagi ini...</span>van_ramehttp://www.blogger.com/profile/09701258764884270473noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1368189765114168902.post-56930059595894964422012-04-25T19:43:00.000+07:002012-05-07T21:07:15.310+07:00Aku Tak Selalu Mendapatkan Apa Yang Kusukai, Oleh Karena Itu Aku Selalu Menyukai Apapun Yang Aku Dapatkan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://akucintayesus.com/wp-content/uploads/2012/02/HATI5.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://akucintayesus.com/wp-content/uploads/2012/02/HATI5.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="color: #666666;">Judul artikel diatas merupakan wujud syukur. Syukur merupakan kualitas hati yang terpenting. Dengan bersyukur kita akan senantiasa diliputi rasa damai, tentram dan bahagia. Sebaliknya, perasaan tak bersyukur akan senantiasa membebani kita. Kita akan selalu merasa kurang dan tak bahagia. Ada dua hal yang sering membuat kita tak bersyukur.</span><br />
<a name='more'></a><br />
<span style="color: #666666;">Pertama : Kita sering memfokuskan diri pada apa yang kita inginkan, bukan pada apa yang kita miliki. Katakanlah anda telah memiliki sebuah rumah, kendaraan, pekerjaan tetap, dan pasangan yang terbaik. Tapi anda masih merasa kurang. Pikiran anda dipenuhi berbagai target dan keinginan. Anda begitu terobsesi oleh rumah yang besar dan indah, mobil mewah, serta pekerjaan yang mendatangkan lebih banyak uang. Kita ingin ini dan itu. Bila tak mendapatkannya kita terus memikirkannya. Tapi anehnya, walaupun sudah mendapatkannya, kita hanya menikmati kesenangan sesaat. Kita tetap tak puas, kita ingin yang lebih lagi. Jadi, betapapun banyaknya harta yang kita miliki, kita tak pernah menjadi “KAYA” dalam arti yang sesungguhnya.</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Mari kita luruskan pengertian kita mengenai orang ”kaya”. Orang yang ”kaya” bukanlah orang yang memiliki banyak hal, tetapi orang yang dapat menikmati apapun yang mereka miliki. Tentunya boleh-boleh saja kita memiliki keinginan, tapi kita perlu menyadari bahwa inilah akar perasaan tak tenteram. Kita dapat mengubah perasaan ini dengan berfokus pada apa yang sudah kita miliki. Cobalah lihat keadaan di sekeliling Anda, pikirkan yang Anda miliki, dan syukurilah. Anda akan merasakan nikmatnya hidup. Pusatkanlah perhatian Anda pada sifat-sifat baik atasan dan orang-orang di sekitar Anda. Mereka akan menjadi lebih menyenangkan.</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Seorang pengarang pernah mengatakan, ”Menikahlah dengan orang yang Anda cintai, setelah itu cintailah orang yang Anda nikahi.” Ini perwujudan rasa syukur. Ada cerita menarik mengenai seorang kakek yang mengeluh karena tak dapat membeli sepatu, padahal sepatunya sudah lama rusak. Suatu sore ia melihat seseorang yang tak mempunyai kaki, tapi tetap ceria. Saat itu juga si kakek berhenti mengeluh dan mulai bersyukur.</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Hal kedua yang sering membuat kita tak bersyukur adalah kecenderungan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita merasa orang lain lebih beruntung. Kemanapun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pandai, lebih tampan, lebih cantik, lebih percaya diri, dan lebih kaya dari kita. Saya ingat, pertama kali bekerja saya senantiasa membandingkan penghasilan saya dengan rekan-rekan semasa kuliah. Perasaan ini membuat saya resah dan gelisah. Sebagai mantan mahasiswa teladan di kampus, saya merasa gelisah setiap mengetahui ada kawan satu angkatan yang memperoleh penghasilan di atas saya. Nyatanya, selalu saja ada kawan yang penghasilannya melebihi saya. Saya menjadi gemar gonta-ganti pekerjaan, hanya untuk mengimbangi rekan-rekan saya. Saya bahkan tak peduli dengan jenis pekerjaannya, yang penting gajinya lebih besar. Sampai akhirnya saya sadar bahwa hal ini tak akan pernah ada habisnya. Saya berubah dan mulai mensyukuri apa yang saya dapatkan. Kini saya sangat menikmati pekerjaan saya. Rumput tetangga memang sering kelihatan lebih hijau dari rumput di pekarangan sendiri.</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Ada cerita menarik mengenai dua pasien rumah sakit jiwa. Pasien pertama sedang duduk termenung sambil menggumam, ”Lulu, Lulu.” Seorang pengunjung yang keheranan menanyakan masalah yang dihadapi orang ini. Si dokter menjawab, ”Orang ini jadi gila setelah cintanya ditolak oleh Lulu.” Si pengunjung manggut-manggut, tapi begitu lewat sel lain ia terkejut melihat penghuni lain itu terus menerus memukulkan kepalanya di tembok dan berteriak, ”Lulu, Lulu”. ”Orang ini juga punya masalah dengan Lulu? ” tanyanya keheranan. Dokter kemudian menjawab, ”Ya, dialah yang akhirnya menikah dengan Lulu.” Hidup akan lebih bahagia kalau kita dapat menikmati apa yang kita miliki. Karena itu bersyukur merupakan kualitas hati yang tertinggi.</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan cerita mengenai seorang ibu yang sedang terapung di laut karena kapalnya karam, namun tetap berbahagia. Ketika ditanya kenapa demikian, ia menjawab, ”Saya mempunyai dua anak laki-laki. Yang pertama sudah meninggal, yang kedua hidup ditanah seberang. Kalau berhasil selamat, saya sangat bahagia karena dapat berjumpa dengan anak kedua saya. Tetapi kalaupun mati tenggelam, saya juga akan berbahagia karena saya akan berjumpa dengan anak pertama saya di surga.”</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Bersyukurlah !</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Bersyukurlah bahwa kamu belum siap memiliki segala sesuatu yang kamu inginkan. Seandainya sudah, apalagi yang harus diinginkan?</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Bersyukurlah apabila kamu tidak tahu sesuatu . Karena itu memberimu kesempatan untuk belajar .</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Bersyukurlah untuk masa-masa sulit . Di masa itulah kamu tumbuh …</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Bersyukurlah untuk keterbatasanmu . Karena itu memberimu kesempatan untuk berkembang .</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Bersyukurlah untuk setiap tantangan baru . Karena itu akan membangun kekuatan dan karaktermu .</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Bersyukurlah untuk kesalahan yang kamu buat . Itu akan mengajarkan pelajaran yang berharga .</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Bersyukurlah bila kamu lelah dan letih . Karena itu kamu telah membuat suatu perbedaan .</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Mungkin mudah untuk kita bersyukur akan hal-hal baik. Hidup yang berkelimpahan datang pada mereka yang juga bersyukur akan masa surut. Rasa syukur dapat mengubah hal yang negatif menjadi positif. Temukan cara bersyukur akan masalah-masalahmu dan semua itu akan menjadi berkah bagimu.</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">***</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Dari Sahabat</span>van_ramehttp://www.blogger.com/profile/09701258764884270473noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1368189765114168902.post-12423232233068069992012-04-21T19:36:00.000+07:002012-05-07T21:07:34.053+07:00Berbulan Madu dengan Bidadari…<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-Tl1Ui8MzNFU/TdgFrXjS7MI/AAAAAAAAAkw/dkig4v0oNFY/s1600/Foto+Bulan+Madu+William+dan+Kate.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://2.bp.blogspot.com/-Tl1Ui8MzNFU/TdgFrXjS7MI/AAAAAAAAAkw/dkig4v0oNFY/s320/Foto+Bulan+Madu+William+dan+Kate.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="color: #666666;">Pada zaman Rasulullah SAW hiduplah seorang pemuda yang bernama Zahid yang berumur 35 tahun namun belum juga menikah. Dia tinggal di Suffah masjid Madinah. Ketika sedang memperkilat pedangnya tiba-tiba Rasulullah SAW datang dan mengucapkan salam. Zahid kaget dan menjawabnya agak gugup.</span><br />
<a name='more'></a><br />
<span style="color: #666666;">“Wahai saudaraku Zahid….selama ini engkau sendiri saja,” Rasulullah SAW menyapa.</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">“Allah bersamaku ya Rasulullah,” kata Zahid.</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">“Maksudku kenapa engkau selama ini engkau membujang saja, apakah engkau tidak ingin menikah…,” kata Rasulullah SAW.</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Zahid menjawab, “Ya Rasulullah, aku ini seorang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan wajahku jelek, siapa yang mau denganku ya Rasulullah?”</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">” Asal engkau mau, itu urusan yang mudah!” kata Rasulullah SAW.</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan sekretarisnya untuk membuat surat yang isinya adalah melamar kepada wanita yang bernama Zulfah binti Said, anak seorang bangsawan Madinah yang terkenal kaya raya dan terkenal sangat cantik jelita. Akhirnya, surat itu dibawah ke rumah Zahid dan oleh Zahid dibawa kerumah Said. Karena di rumah Said sedang ada tamu, maka Zahid setelah memberikan salam kemudian memberikan surat tersebut dan diterima di depan rumah Said.</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">“Wahai saudaraku Said, aku membawa surat dari Rasul yang mulia diberikan untukmu saudaraku.”</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Said menjawab, “Adalah suatu kehormatan buatku.”</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Lalu surat itu dibuka dan dibacanya. Ketika membaca surat tersebut, Said agak terperanjat karena tradisi Arab perkawinan yang selama ini biasanya seorang bangsawan harus kawin dengan keturunan bangsawan dan yang kaya harus kawin dengan orang kaya, itulah yang dinamakan SEKUFU.</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Akhirnya Said bertanya kepada Zahid, “Wahai saudaraku, betulkah surat ini dari Rasulullah?”</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Zahid menjawab, “Apakah engkau pernah melihat aku berbohong….”</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Dalam suasana yang seperti itu Zulfah datang dan berkata, “Wahai ayah, kenapa sedikit tegang terhadap tamu ini…. bukankah lebih disuruh masuk?”</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">“Wahai anakku, ini adalah seorang pemuda yang sedang melamar engkau supaya engkau menjadi istrinya,” kata ayahnya.</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Disaat itulah Zulfah melihat Zahid sambil menangis sejadi-jadinya dan berkata, “Wahai ayah, banyak pemuda yang tampan dan kaya raya semuanya menginginkan aku, aku tak mau ayah…..!” dan Zulfah merasa dirinya terhina.</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Maka Said berkata kepada Zahid, “Wahai saudaraku, engkau tahu sendiri anakku tidak mau…bukan aku menghalanginya dan sampaikan kepada Rasulullah bahwa lamaranmu ditolak.”</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Mendengar nama Rasul disebut ayahnya, Zulfah berhenti menangis dan bertanya kepada ayahnya, “Wahai ayah, mengapa membawa-bawa nama rasul?”</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Akhirnya Said berkata, “Ini yang melamarmu adalah perintah Rasulullah.”</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Maka Zulfah istighfar beberapa kali dan menyesal atas kelancangan perbuatannya itu dan berkata kepada ayahnya, “Wahai ayah, kenapa sejak tadi ayah berkata bahwa yang melamar ini Rasulullah, kalau begitu segera aku harus dikawinkan dengan pemuda ini. Karena ingat firman Allah dalam Al-Qur’an surat 24 : 51. “Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) diantara mereka ialah ucapan. Kami mendengar, dan kami patuh/taat”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. 24:51)”</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Zahid pada hari itu merasa jiwanya melayang ke angkasa dan baru kali ini merasakan bahagia yang tiada tara dan segera pamit pulang. Sampai di masjid ia bersujud syukur. Rasul yang mulia tersenyum melihat gerak-gerik Zahid yang berbeda dari biasanya.</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">“Bagaimana Zahid?”</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">“Alhamdulillah diterima ya rasul,” jawab Zahid.</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">“Sudah ada persiapan?”</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Zahid menundukkan kepala sambil berkata, “Ya Rasul, kami tidak memiliki apa-apa.”</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Akhirnya Rasulullah menyuruhnya pergi ke Abu Bakar, Ustman, dan Abdurrahman bi Auf. Setelah mendapatkan uang yang cukup banyak, Zahid pergi ke pasar untuk membeli persiapan perkawinan. Dalam kondisi itulah Rasulullah SAW menyerukan umat Islam untuk menghadapi kaum kafir yang akan menghancurkan Islam.</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Ketika Zahid sampai di masjid, dia melihat kaum Muslimin sudah siap-siap dengan perlengkapan senjata, Zahid bertanya, “Ada apa ini?”</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Sahabat menjawab, “Wahai Zahid, hari ini orang kafir akan menghancurkan kita, maka apakah engkau tidak mengerti?”.</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Zahid istighfar beberapa kali sambil berkata, “Wah kalau begitu perlengkapan kawin ini akan aku jual dan akan kubelikan kuda yang terbagus.”</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Para sahabat menasehatinya, “Wahai Zahid, nanti malam kamu berbulan madu, tetapi engkau hendak berperang?”</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Zahid menjawab dengan tegas, “Itu tidak mungkin!”</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Lalu Zahid menyitir ayat sebagai berikut, “Jika bapak-bapak, anak-anak, suadara-saudara, istri-istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih baik kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya (dari) berjihad di jalan-Nya. Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. 9:24).</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Akhirnya Zahid (Aswad) maju ke medan pertempuran dan mati syahid di jalan Allah.</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Rasulullah berkata, “Hari ini Zahid sedang berbulan madu dengan bidadari yang lebih cantik daripada Zulfah.”</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Lalu Rasulullah membacakan Al-Qur’an surat 3 : 169-170 dan 2:154). “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur dijalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rizki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal dibelakang yang belum menyusul mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati“.(QS 3: 169-170).</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” (QS. 2:154).</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Pada saat itulah para sahabat meneteskan air mata dan Zulfahpun berkata, “Ya Allah, alangkah bahagianya calon suamiku itu, jika aku tidak bisa mendampinginya di dunia izinkanlah aku mendampinginya di akhirat.”</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">HIKMAH</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Mudah-mudahan bermanfaat dan bisa menjadi renungan buat kita bahwa, “Untuk Allah di atas segalanya, and die as syuhada.” Jazakumullah.</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">***</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Dari Sahabat</span>van_ramehttp://www.blogger.com/profile/09701258764884270473noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1368189765114168902.post-91185054793910920052012-04-16T19:23:00.004+07:002012-05-07T21:10:14.409+07:00Menghantarkan Orang Tua ke Surga<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://nidauljannah.files.wordpress.com/2011/04/jalan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="276" src="http://nidauljannah.files.wordpress.com/2011/04/jalan.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="color: #666666;">Masih ingatkah kita dengan sebuah kisah di masa Rasulullah? Tentang ketaatan seorang wanita yang ditinggal oleh suaminya berjihad dengan satu pesan, “Jangan pergi sebelum saya pulang”. Dan ternyata, dalam masa kepergian suaminya, orangtuanya sakit keras. Saudara-saudaranyapun memintanya hadir, untuk menemui orang tuanya yang sedang sakit, namun karena ketaatannya kepada suami, dia tak juga berangkat menemui orang tuanya hingga meninggal. Tentu, kita semua mengingatnya bukan?</span><br />
<a name='more'></a><br />
<span style="color: #666666;">Bagi kita manusia biasa, peristiwa tersebut terasa amat janggal. Tak masuk akal. Bagaimana mungkin seorang anak mampu bertahan tidak menemui orang tuanya yang sedang sakit keras bahkan sampai meninggal, hanya karena taat kepada pesan suami. Mungkin, sebagian kita bahkan akan mengumpat dan mencaci maki kepada wanita tersebut bila kita hidup di masa itu.</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Kita akan katakan kepada wanita tersebut sebagai anak yang tak berbakti, anak yang tak tahu balas budi atas kasih sayang orang tua, anak yang keterlaluan, tak punya perasaan, dan berbagai umpatan yang lainnya.</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Namun, apa kata Rasulullah ketika ditanya tentang kejadian itu? Rasulullah dengan mantap menjawab, bahwa orang tua wanita tersebut masuk surga karena telah berhasil mendidik anaknya menjadi wanita shalihah. Subhaanallah!</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Karenanya, marilah kita para orang tua berusaha sekuat tenaga, untuk menjadikan anak-anak kita menjadi anak-anak yang sholeh dan sholihah. Anak yang akan senantiasa mendo’akan kita kapan pun dan di manapun berada. Anak lelaki yang mampu menjadi qowwam bagi keluarganya, dan tetap berbakti kepada orang tuanya, serta anak perempuan yang menjadi istri dan ibu shalihah, yang mampu mengantarkan anak-anaknya menjadi anak-anak yang shaleh dan shalihah pula.</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Kepada para orang tua yang telah mengantarkan putra-putrinya ke dalam kehidupan rumah tangga, janganlah menjadi orang tua yang egois, yang selalu ingin didampingi anak-anak, dan tak mau melepaskan kepergiannya. Relakan anak-anak pergi dari pangkuan kita, untuk menjalani hidup mandiri, menjadi nahkoda kapal layar yang telah dibangunnya, sebagai salah satu bukti kasih sayang kita kepada mereka.</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Do’akan selalu, agar anak-anak lelaki kita dapat menjadi nahkoda-nahkoda yang handal, yang mampu mengarahkan bahtera rumah tangga menjadi rumah tangga yang barokah, penuh cinta dan kasih sayang, serta mampu menjadi qowam bagi istri dan anak-anaknya. Do’akan pula agar anak-anak perempuan kita dapat menjadi istri-istri sholihah, yang dapat mencipatakan susana rumah yang bagaikan surga dunia dimata keluarganya, mampu melahirkan anak-anak yang taat kepada Allah dan kepada kedua orang tuanya, serta mampu memberikan rasa nyaman kepada suami dan anak-anaknya. Hingga pada akhirnya, mereka menjadi pengantar-pengantar kita meraih surga-Nya. Insya Allah. Aamiin.</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Wallohu a’lam bbishshowwab.</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">***</span><br />
<span style="color: #666666;"><br />
</span><br />
<span style="color: #666666;">Dari Sahabat</span>van_ramehttp://www.blogger.com/profile/09701258764884270473noreply@blogger.com0