Total Tayangan Halaman

Senin, 28 November 2011

kok Maksa..??

Jodoh kok Maksa..??
Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)… (QS 24: 26)


Ini ayat yang secara gamblang menjelaskan bagaimana konsep jodoh secara hakiki. Artinya, hal ini bisa terjadi dalam kehidupan nyata, tapi juga ga selalu. Tinggal bagaimana realitas manusia dalam mengusahakannya menjadi nyata.


Satu hal yang penting adalah, kita tidak boleh memaksakan seseorang untuk menjadi jodoh kita. Seolah kita yang paling paham, dialah jodoh paling tepat buat kita. Hal ini tidaklah baik karena itu berarti kita sudah memaksakan sesuatu yang menjadi ketetapan dari Allah.


Akibat dari “pemaksaan jodoh” ini sangat buruk. Kita bisa tenggelam dalam apa yang banyak orang disebut “jatuh cinta” plus “cinta buta”. Segala sesuatu menjadi dilakukan hanya untuknya. Beraktivitas, beribadah, bahkan berdoa, selalu hanya untuknya. Entah sekedar mendoakan kebaikan untuknya, sampai mendoakan dia menjadi jodoh kita (ini juga termasuk bentuk pemaksaan itu tadi). Berdoa yang benar seharusnya menyerahkan sepenuhnya pada Allah. “Jika dia berjodoh denganku, maka dekatkanlah. Jika tidak, maka berikan dari sisi-Mu yang lebih baik.”


Kalau kita memaksakan seseorang menjadi jodoh kita, pokoknya kalau bukan dia, tidak jadi, maka ini akan menyebabkan hati kita menjadi berpenyakit. Bisa timbul prasangka buruk kepada Allah apabila keinginan kita tidak terpenuhi. Hati jadi kecewa. Bahkan dalam banyak kasus sampai bunuh diri. Ini adalah akibat terlalu berlebihan dalam mencintai seseorang, sehingga cinta terhadap Sang-Pencipta-perasaan itu sendiri malah lenyap.


Yang lebih penting adalah, kita berusaha untuk menjadi yang ‘baik-baik’ itu tadi, sehingga Allah menghadiahi kita jodoh yang selevel dengan kita, insya Allah. Sebaliknya kalau kita memang tidak mau berusaha keras mengubah diri menjadi lebih baik, ya mungkin jodohnya memang pantasnya yang sedemikian itu pula bagi kita. Lagipula, secara nalar, mana mau calon kita yang super-lebih-baik (di mata kita) itu punya jodoh seperti kita. Kitanya ga akan kuat, dan dianya juga normalnya ga akan pernah mau berdampingan dengan kita (kecuali kalau dia bisa mengubah kita).


Dan masalah lain, jangan sampai kita merasa yang paling tahu kriteria ‘baik-baik’ itu. Karena tentu saja yang paling tahu makna ‘baik-baik’ itu pasti hanya Allah. Dengan demikian, kita harus cari tahu kriteria-kriteria apa yang menurut Allah ‘baik-baik’, sehingga Allah mau memberikan yang ‘baik-baik’ juga untuk kita. Ini tiada lain hanya bisa diketahui dengan menuntut ilmu, terutama ilmu-ilmu agama. Tidak mungkin Allah menginginkan seseorang menjadi baik melainkan dengan memahamkannya dalam ilmu agama.


Sesungguhnya apabila Allah menghendaki kebaikan dalam kehidupan seseorang, ia akan difahamkan dalam ilmu agama. Sesungguhnya memperoleh ilmu hanya dengan belajar. (H.R. Imam Bukhori)


…Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama... (QS 35: 28)


Ulama di sini adalah dari para hamba-hamba-Nya yang memiliki ilmu, yang memahami kebesaran dan kekuasaan Allah.. (Tafsir Ibnu Katsir)


Di satu sisi, kita harus menjadi ‘baik-baik’ sesuai kriteria-Nya, dan di sisi lain, kita juga harus sadar sepenuhnya kelak, bahwa insya Allah yang menjadi pendamping kita itu juga sudah merupakan yang ‘baik-baik’ menurut Allah.


…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS 2: 216)


Tidak ada seorang pun yang sempurna, pun jodoh kita kelak..
Wallahu a’lam..
(yang masih terus berusaha memperbaiki diri sendiri.. dan berharap bahwa perbaikan diri ini menjadi mahar yang paling berharga baginya (???)… kelak… insya Allah…)


-fadhli ibnu jawharie 6 oktober 2009-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lencana Facebook